JAKARTA – Industri penunjang minyak dan gas dalam negeri harus diberi kesempatan ambil bagian dalam bisnis hulu migas tanah air. Program penggunaan produk dalam negeri maupun program subtitusi impor harus terus diupayakan.

Irawan Josodipuro, Spesialis Ahli Bejana Bertekanan PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM), yang juga peraih anugerah tanda kehormatan Satyalancana Wira Karya dari Presiden Joko Widodo mengungkapkan penggunaan barang-barang produksi dalam negeri sangat didorong manajemen. Namun tentu saja kualitasnya harus dijaga. Untuk dia menciptakan metode penilaian dan kualifikasi pengujian peralatan migas.

Dia mengklaim dengan metode penilaian dan kualifikasi bejana tekan (static equipment) dan katup (valve) berhasil meningkatkan kualitas produk dalam negeri yang memenuhi standar internasional kompleksitas tinggi. PHM melakukan program penilaian terhadap kualitas produk penunjang hulu migas untuk bisa dipakai di blok Mahakam.

“Kita undang semua pabrikan lokal,misalnya pabrikan valve,kemudian kita tawarkan program sebagai penilaian dan pembinaan.Termasuk pengujian kualifikasinya. Kita melihat dari awal,saat melakukan invitation awal, kita lihat mana yang paling semangat dari para pabrikan ini. Dan kebetulan ada satu pabrikan dari Cikande,Banten yakni Teknologi Rekayasa Katup (TRK), dia ini pabrikan yang selalu responsive dan semangat mengikuti arahan Pertamina Hulu Mahakam,” jelas Irawan, Rabu (22/12).

Proses engineering, proses pemilihan material, examination, machining, overlay, assembling, proses testing dilakukan oleh PHM untuk menyeleksi pabrikan.

“Kita juga melihat dari sisi human resources-nya sampai di mana kompetensinya, Termasuk kita melihat dari fasilitas manufacturing sudah bagaimana,lengkap atau tidak. Jadi,ini memang suatu metode yang kita (PHM) bentuk untuk menyeleksi pabrikan,” ungkap Irawan.

Dia menjelaskan dalam proses rekayasa teknik baru bisa dibentuk produk-produk yang sesuai dengan keselamatan migas dan memenuhi kebutuhan operasi migas. Keselamatan di industri migas itu yang paling utama.

“Tidak boleh ada satu kegagalan dari produk. Demikian juga operasi. Di migas itu operasi bervariasi. Ada beroperasi di temperature yang sangat tinggi, ada juga fluidanya itu mengandung pasir, ada juga yang sour service. Nah dari sana kita memerlukan metode penilaian dan pembinaan, dimana pabrikan tersebut bertahap memenuhi semua requirement tersebut,”jelas Irawan.

PHM menerbitkan suatu metode yakni MHK System PP0142 dan PP0154. Metode ini sudah dipublikasikan di jurnal American Society of Mechanical Engineer (ASME) dengan nomer 2020_21835.

“Keseluruhan proses kita (PHM) lakukan memang sudah teruji.terukur dan terarah. Memang semua requirement Mahakam itu mengadopsi dari operator lama (Total Indonesie). Tapi tentu saja kita melakukan penyempurnaan-penyempurnaan menyesuaikan kondisi blok operasi kita, di blok Mahakam,” ungkap Irawan.

Secara general berbagai penyempurnaan ini dengan tetap mengacu ke international code and standard  Akibatnya,pabrikan yang dibina PHM akan mengikuti standard international, dimana secara otomatis sudah memiliki kemampuan mengikuti standard keselamatan migas di dalam negeri. Demikian juga nantinya pabrikan akan mempunyai suatu fondasi menuju ke arah ekspor produknya.

“Kita (PHM) melihat suatu pabrikan bukan dari sisi kemampuan teknis, tapi juga dari sumber daya manusianya. Ada berapa jumlahnya, kemudian dari pembagian organisasi mereka berapa orang yang di engineering, berapa orang yang di assembling, berapa orang yang di production. Karena itu menyangkut dari sisi kapasitas,” tegas Irawan. (RI)