JAKARTA – Indonesia diyakini sebagai negara yang memiliki potensi besar untuk mengembangkan sumber daya energi panas bumi. Saat ini, Indonesia menduduki peringkat kedua di dunia setelah Amerika Serikat sebagai produsen energi panas bumi terbesar. Hingga akhir 2019 total kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) sudah lebih dari 2.000 megawatt (MW).

“Panas bumi di Indonesia dapat Ikut berperan sebagai agenda pembangunan ekonomi berkelanjutan serta membantu meningkatkan keekonomian dalam negeri,” ujar Prijandaru Effendi, Ketua Umum Asosiasi Panas Bumi (API), dalam acara konferensi pers Digital Indonesia International Geothermal Convention (DIIGC) 2020 yang digelar secara virtual, Kamis (6/8).

Prijandaru mengatakan, API yang didukung Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berencana menyelenggarakan kegiatan Digital Indonesia International Geothermal Convention (DIIGC) 2020 yang akan dilaksanakan pada 8 – 10 September 2020 melalui Platform Aplikasi Zoom bersamaan dengan Pertemuan Ilmiah Tahunan API ke-20.

DIIGC diyakini dapat dijadikan momentum dimana Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition (IIGCE) sebagai wadah ikut mendukung maksud tersebut diatas. Namun, dengan isu pandemi Covid-19 global yang terjadi saat ini, kegiatan IIGCE yang biasa digelar setiap tahun sejak 2013, terpaksa diundur hingga tahun depan dan diganti dengan DIIGC.

DIIGC terdiri dari virtual convention serta program pendukung lainnya yaitu virtual workshop, virtual technical paper, dan virtual field trip. Dengan mengangkat tema “The Future is Now: Committing Geothermal Energy for Indonesia’s Sustainable Development”.

Eko Agung Bramantyo, Ketua Pelaksana DIIGC 2020, mengatakan tema “The Future is Now: Committing Geothermal Energy for Indonesia’s
Sustainable Development” memiliki relevansi baik untuk membantu meningkatkan keekonomian dalam negeri maupun dengan isu global saat ini, yaitu pandemi Covid-19. Pandemi dinyatakan mempengaruhi berbagai sektor perekonomian, termasuk energi terbarukan khususnya energi panas bumi.

“Forum DIIGC 2020 sangat penting, karena dalam salah satu program DIIGC yaitu, virtual convention akan membahas dan saling berbagi pengalaman dalam hal-hal yang berkaitan dengan kerangka kebijakan yang attractive terhadap isu global saat ini yaitu pandemi Covid-19. Kedua, soal komitmen investasi dari pengembang yang membutuhkan dukungan badan-badan pendanaan,” kata Eko.

Ida Nuryatin Finahari, Direktur Panas Bumi Kementerian ESDM, mengatakan pemerintah senantiasa memberikan dukungan bagi pengembangan panas bumi dalam mencapai agenda pembangunan ekonomi berkelanjutan atau sustainable development goal di bidang energi.

“Harus dijalankan dengan melibatkan berbagai pihak baik dari segi pemerintah maupun di luar pemerintah, harus bersama-sama berkomitmen mengambil langkah-langkah strategis, terukur, dan berkelanjutan khusus nya untuk mencapai target pengembangan panas bumi yang sudah di canangkan sampai dengan tahun 2025,” kata Ida.

Acara tersebut juga bersamaan dengan Pertemuan Ilmiah Tahunan API yang ke-20 sehingga para professional bisa mengikuti virtual technical paper presentation, dan peserta convention juga juga diberi kesempatan berkunjung ke lapangan pembangkitan panas bumi Lumut Balai, Sumatera Selatan secara virtual, serta virtual workshop.

“Acara forum geothermal ini akan selalu menjadi forum danmomen besar dalam mempertemukan lembaga pemerintah, pembuat kebijakan, pemangku kepentingan, investor, perusahaan jasa, akademisi, dan pakar industri panas bumi untuk berkumpul bersama, berbagi keahlian dan pengalaman serta perkembangan teknologi terbaru mengenai industri panas bumi,” tandas Eko.(RA)