JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) mencatat realisasi lifting LNG hingga Juni atau sepanjang semester I 2020 mencapai 104,8 kargo. Realisasi tersebut berasal dari dua kilang LNG utama, yakni kilang LNG Bontang milik PT Badak NGL di Kalimantan Timur dan Tangguh milik BP di Papua.

Arief S Handoko, Deputi Keuangan dan Monetisasi SKK Migas, mengungkapkan lifting LNG dari Kilang Bontang hingga Juni sebanyak 45,2 kargo dan Tangguh lebih banyak yakni 59,6 kargo.

Menurut Arief, lifting LNG pada tahun ini memang tertekan dengan pandemi Covid-19 yang menyebabkan konsumsi energi juga menurun sehingga permintaan akan gas juga turun.

“Kalau kami bandingkan 2019, pada 2020 ini memang berat ada Covid 19 dam harga minyak turun signifikan.
Januari-Juni 2019, 119,8 kargo, sementara 2020 semester I 104,8 kargo, kurang lebih ada perbedaan 15 kargo,” ujar Arief disela konferensi pers realisasi hulu migas semester I secara virtual, Jumat (17/7).

Arief mengatakan penurunan lifting bisa dilihat dari realisasi serapan LNG domestik yang juga menurun. Penyaluran LNG dari kilang Bontang ke domestik hingga Juni 2020 misalnya hanya 13,2 kargo sementara dari kilang Tangguh sebanyak 12,6 kargo.

“Total domestik 25,8 kargo dibandingkan 2019, ada 29 kargo deliver LNG ke domestik,” kata dia.

Menurut Arief, ada beberapa kargo LNG yang didrop atau tidak jadi diserap lantaran adanya beberapa perubahan komitmen dari sales purchase agreement LNG di 2020. Salah satu konsumen utama LNG dalam negeri yang lakukan perubahan tersebut adalah PT PLN (Persero). Sejak merebaknya pandemi PLN kerap kali mengatakan adanya penurunan konsumsi listrik secara signifikan akibat industri dan bisnis yang tidak berjalan selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Wilayah yang cukup signifikan menurun serapan gasnya adalah di wilayah Sumatera dan Jawa.

“Kami sebut saja PLN, mereka mengubah kargo sebanyak 14 (kargo) dari sekitar 34 kargo di 2020, Memang penyebabnya adalah turunnya serapan gas di Sumatera bagian utara dan Jawa bagian barat terkait Covid-19. Dari 14 kargo, memang ada hak PLN sebanyak empat kargo, jadi total mereka drop 10 kargo,” kata Arief.

Sama halnya dengan penyaluran domestik, ekspor LNG juga alami penurunan jika dibandingkan dengan ekspor LNG pada periode yang sama pada tahun lalu. Total ekspor LNG hingga Juni hanya 79 kargo turun tipis dibandingkan dengan realisasi tahun lalu yakni sebesar 81 kargo.

SKK Migas memperkirakan hingga akhir tahun lifting LNG mencapai 202,9 kargo atau secara rinci dari Bontang 82,4 kargo dan Tangguh 120,5 kargo.(RI)