JAKARTA – PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) masih terus merasakan dampak dari pandemi Covid-19 lantaran hingga akhir Mei 2020 penjualan gas ke pelanggan tercatat hanya sebesar 822 BBTUD atau 17% di bawah target 898 BBTUD.

Suko Hartono Direktur Utama PGN, mengatakan kinerja operasi perusahaan, baik untuk bisnis pengangkutan maupun penjualan gas mengalami nasib yang sama akibat pandemi tahun ini. Untuk pengangkutan gas, hingga Mei lalu hanya sebesar 1.987 MMSCFD atau 1,6% di bawah target Mei 2.016 MMSCFD.

“Volume niaga gas kami terpukul, penjualan turun 17%, karena industri menurunkan pemakaian,” kata Suko di Jakarta, Senin (6/7).

PGN memperkirakan kondisi ini tidak akan serta merta normal dalam waktu dekat untuk itu beberapa inisiaitf telah dilakukan misalnya dengan mengusulkan adanya relaksasi Take or Pay (ToP) dalam kontrak jual beli gas dengan produsen gas. Ini bertujuan untuk menghindari penurunan volume, adanya relaksasi ini dibutuhkan sehingga alokasi bisa dijadwalkan ulang penyerapannya pada 2021.

“Semoga bisa di-carry over ke 2021 saat pertumbuhan ekonomi sudah tumbuh kembali,” kata Suko.

Selain itu, PGN kata Suko juga masih berharap penjualan gas bisa naik setelah kebijakan harga gas US$6 per MMBTU. Hingga kini PGN telah menandatangani Side Letter atau kesepakatan penyesuaian harga gas menjadi US$6 per MMBTU dengan 183 pelanggan dari total 188 pelanggan yang masuk daftar penerima insentif harga gas tersebut dengan total volume sesuai Side Letter, yakni 345 BBTUD dari 374 BBTUD.

“Harapan kami dengan adanya harga khusus US$6 per MMBTU itu bisa meningkatkan produksi mereka (industri). Sehingga, mereka bisa menggunakan gas dan perekonomian tumbuh, dan penggunaannya gas kembali normal,” kata Suko.

Selain side letter dengan para konsumen, PGN juga terus mengejar perjanjian penyesuaian harga gas (Letter of Agreement/LoA). Sejauh ini dari total 17 LoA yang dibutuhkan sudah rampung sembilan LoA dengan volume 176 BBTUD dari total 379 BBTUD. Sementara pada tagihan Juni lalu harga gas US$6 per MMBTU sudah berlaku efektif untuk volume pasokan gas sebesar 154 BBTUD.

“Pada Juni lalu kami sudah berlakukan untuk 154 BBTUD, sambil nantinya secara bertahap (diberlakukan). Setelah di hulu seluruhnya sudah disepakati LoA-nya,” kata Suko.(RI)