JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menegaskan penggunaan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) sebagai bahan bakar pembangkit listrik di Indonesia bukan hal mustahil. Rida Mulyana, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, mengatakan uji coba sudah dilakukan di beberapa pembangkit listrik milik PT PLN (Persero) dan menunjukkan hasil positif. Sayang, implementasi penggunaan CPO secara maksimal untuk PLTD belum bisa dilaksanakan lantaran masalah keekonomian yang belum menemui titik temu. Harga listrik yang dihasilkan PLTD dipastikan masih tinggi. Pasalnya harga bahan baku berupa CPO juga masih tinggi.

“Sawit secara teknis berhasil, tinggal secara keekonomian. Arahan pak menteri harganya harus lebih rendah dari diesel. Ini masih harus ketemu, lagi bahas itu semua. Secara teknologi sudah ada tinggal keekonomiannya saja,” kata Rida di Jakarta, baru-baru ini.

Menurut Rida, ada banyak PLTD yang bisa beralih menggunakan CPO, Total kapasitasnya bisa mencapai 1,8 gigawatt (GW) dengan total kebutuhan BBM sekitar 1,2 juta kiloliter (KL) dalam satu tahun.

PLN sudah berencana menggunakan CPO di empat pembangkit listrik, diantaranya PLTD Batakan 50 megawatt (MW) di Balikpapan, Kalimantan Timur. PLTD Supa di Pare-Pare berkapasitas 62 MW dan PLTD Kanaan di Bontang, Kalimantan Timur dengan kapasitas pembangkit listrik sebesar 10 MW. Selain PLTD, pembangkit tenaga gas juga direncanakan bisa menggunakan CPO satu pembangkit yang disiapkan adalah Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Jayapura dengan kapasitas 10 MW di Papua.

“Pemerintah segera akan melakukan pembahasan dengan PLN terkait harga CPO untuk pembangkit listrik. Tingkat keekonomian yang belum ideal,” kata Rida.(RI)