JAKARTA – Target penggunaan panas bumi untuk tenaga listrik dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) diproyeksikan oleh pemerintah tidak akan tercapai.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperkirakan target penggunaan panas bumi dengan kapasitas sebesar 7.200 megawatt (MW) tidak akan dapat direalisasikan pada 2025 seperti yang tertuang dalam RUEN. Sementara mengacu roadmap terbaru yang disusun pemerintah, proyeksi kapasitas panas bumi pada 2025 jauh lebih kecil.

“Sesuai roadmap yang mendekati realistisnya, untuk 2025, kelihatannya kita hanya bisa bangun 3.352,6 MW,” kata Ida Nurhayatin Finahari, Direktur Panas Bumi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, Kamis (11/6).

Ida menuturkan kapasitasnya panas bumi nasional baru akan menyentuh 8.000 MW pada 2030. Padahal dalam RUEN target bauran energi terbarukan sebesar 23% pada 2025, pengembangan panas bumi nasional harus mencapai 7.241,5 MW. Namun, hingga kini yang baru mencapai 2.130,7 MW dan rendahnya konsumsi, pencapaian kapasitas tersebut diproyeksi akan molor.

Pengembangan panas bumi nasional masih menemui banyak tantangan. Salah satunya yang paling utama adalah terkait kelayakan keekonomian proyek panas bumi dan tarif listrik untuk masyarakat. Pasalnya, harga listrik panas bumi masih sulit bersaing dengan listrik dari batu bara.

Selain itu, pengembangan panas bumi juga tidak optimal lantaran permintaan setrum di mana potensi tersebut ada masih cukup rendah. Tak hanya itu, pengembangan panas bumi juga terhambat sulitnya memperoleh pendanaan di masa eksplorasi atau prastudi kelayakan.

“Pengembang susah dapat pinjaman dari awal karena memang risiko pengembangan panas bumi di sisi eksplorasi masih sangat tinggi,” ujar Ida.

Sebenarnya dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) 2019-2028, proyeksi kapasitas panas bumi di 2025 hanya sebesar 6.310,5 MW.

Zulfikar Manggau, Executive Vice President Energi Terbarukan PLN mengungkapkan, dalam RUPTL 2019-2028, tambahan kapasitas panas bumi ditargetkan sebesar 4.607 MW hingga 2028. Namun, di draft RUPTL 2020-2029, tambahan kapasitas ini dipangkas menjadi 4.135 MW dalam sepuluh tahun ke depan.

Rincinya, kapasitas panas bumi nasional akan bertambah 136 MW pada tahun ini, 5 MW di 2021, 50 MW di 2022, 270 MW di 2023, dan 245 MW di 2024. Dari rencana tambahan 706 MW ini sekitar 58% masih dalam proses inisiasi atau perencanaan dan 42% sudah masuk tahap konstruksi.

“Kalau dalam jangka pendek, RUPTL hanya proyeksikan 706 MW sampai 2024,” kata Zulfikar.(RI)