JAKARTA – Setelah merugi pada 2020, PT Timah Tbk (TINS) berhasil mencetak kinerja positif pada 2021 dengan membukukan laba bersih Rp1,3 triliun. Laba bersih diraih Timah, meski pendapatan sepanjang tahun lalu turun 3,99% menjadi Rp14,6 triliun dibanding 2020 yang mencapai Rp15,21 triliun.

Kendati demikian, Timah berhasil menekan beban pokok pendapatan hingga 20,74% menjadi Rp11,17 triliun pada 2021 dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp14,09 triliun. Dengan begitu, laba bruto pada 2021 menjadi Rp3,43 triliun atau naik 206,8% dibandingkan dengan 2020 sebesar Rp1,11 triliun. Kenaikan beban umum dan administrasi menjadi Rp1,06 triliun, serta kenaikan beban penjualan menjadi Rp132,81 miliar menjadi tidak begitu berdampak terhadap bottomline perseroan.

“Melesatnya performa Perseroan menjadi sebuah hadiah istimewa di tengah situasi pandemi yang belum berakhir, namun tak menyurutkan optimisme Manajemen bahwa di tahun‐tahun berikutnya kinerja Perseroan akan mampu lebih baik didukung pemanfaatan teknologi penambangan yang lebih berkualitas dan berbiaya rendah,” ujar M. Krisna Sjarif, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Timah, dalam keterangan tertulisnya, Senin (14/3).

Menurut Krisna, pemanfaatan teknologi Ausmelt yang akan beroperasi di semester kedua tahun ini diharapkan mampu menekan biaya produksi pembuatan logam timah, sehingga profitabilitas perseroan akan semakin cemerlang di tengah iklim usaha yang semakin kompetitif.

Logam timah masih menjadi penyumbang terbesar bagi pendapatan Timah, yakni sebesar Rp12,38 triliun, disusul penjualan tin chemical Rp1,06 triliun, batu bara Rp468,38 miliar, penjualan tin solder Rp221,8 miliar, dan nikel sebesar Rp163 miliar. Penjualan ekspor masih mendominasi, yakni sebesar Rp13,46 triliun dan penjualan lokal Rp1,13 triliun.

Dari sisi kinerja produksi, sepanjang 2021 Timah memproduksi bijih timah sebesar 24.670 ton Sn, turun 38% dibanding tahun sebelumnya sebesar 39.757 Ton Sn, di mana sebesar 46% berasal dari penambangan darat, dan 54% berasal dari penambangan laut. Pada tahun yang sama, produksi logam timah hanya mencapai 26.465 MTon atau turun 42% dari tahun 2020 sebesar 45.698 MTon. Dengan rerata harga jual logam timah yang melesat 89% menjadi $32.619, Perseroan membukukan penjualan logam timah sebesar 26.602 MTon atau turun 52% dari tahun sebelumnya sebesar 55.782 MTon.

Melesatnya harga komoditas timah di pasar internasional menjadi kesempatan istimewa bagi Timah, karena dengan biaya produksi yang rendah perseroan mampu menjual komoditasnya di harga yang signifikan.(AT)