YOGYAKARTA- Industri hulu migas membutuhkan peralatan mutakhir untuk kegiatan eksplorasi, pengembangan, dan operasi demi meningkatkan produksi. Untuk menunjang kegiatan tersebut, industri hulu migas membutukan peralatan modern di era disrupsi teknologi lewat kemitraan dengan dunia akademis.

“Salah satu cara leap frog mengejar ketertinggalan teknologi negara maju karena peralatan yang ketinggalan zaman adalah melakukan kemitraan dengan dunia akademik yang memiliki SDM (sumber daya manusia) teknologi yang selalu terbarukan,” kata Gubernur Daerah lstimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X saat membuka Forum Sharing Teknologi Produksi dan Operasi yang digelar diselenggarakan Direktorat Operasi dan Produksi PT Pertamina EP di Yogyakarta, Rabu (26/2).

Sri Sultan mengatakan, dunia akademik dituntut agar temuan ilmiah bisa diterapkan menjadi produk yang bermanfaat bagi masyarakat. Dunia akademi harus memberikan komitmen untuk menyampaikan pengetahuan menjadi kepentingan publik yang dituangkan menjadi kebijakan publik, dan diterapkan pada industri, atau pemberdayaan masyarakat.

“Intinya adalah to serve the real world bukan sebatas untuk komunitas akademik saja, tetapi juga Bagimu Negeri,” katanya.

Menurut Sri Sultan, ilmu pengetahuan dan teknologi di sektor hulu migas telah banyak ditekuni melalui seminar, jumal, atau diskusi. Biasanya artikel ilmiah, atau temuan teknologi, hanya disimpan sebagai arsip. “Lalu iptek itu berhenti di hulu, tidak berkembang menjadi amalan bagi masyarakat,” katanya.

Sri Sultan menyebutkan, di banyak negara temuan ilmiah diterapkan menjadi produk yang berguna bagi masyarakat. Transfer teknologi ke industri sejatinya dilakukan dengan trial and error, lewat developing technology, emerging technology, dan commercial technology. “Pengembangan hilirisasi ilmu pantas menduduki prioritas pertama dalam meningkatkan mutu produk,” ujarnya.

Tidak saja ilmu di hulu menjadi produk di hilir, tetapi juga produknya jika bermasalah memerlukan review di hulu. Dengan demikian tejadilah siklus recycling dari hulu ke hilir, dan sebaliknya secara berkelanjutan akan menghasilkan dua outcome, di riset lanjutan dan perbaikan mutu produknya.

Menurut Gubernur DI Yogyakarta, kombinasi sumber daya alam dan sumber daya manusia akan menghasilkan sinergi daya saing yang berlanjut untuk kesejahteraan rakyat Indonesia. (DR)