JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menargetkan dalam 10 tahun mendatang produksi minyak Indonesia bisa mencapai 1 juta barel per hari (bph).

Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas,  mengatakan untuk bisa mencapai target tersebut dibutuhkan investor dengan kemampuan investasi yang besar lantaran risiko tinggi serta rentang waktu investasi yang panjang sehingga perlu perusahaan yang memiliki kemampuan finansial kuat.

“Pertama tentu saja kita butuh investor-investor yang memiliki kemampuan finansial yang cukup karena memang bergerak di bidang oil and gas ini waktunya cukup panjang,” kata Dwi disela sarasehan hulu migas di kantor SKK Migas, Jakarta, Kamis (10/10).

Dengan berbagai upaya yang mulai dilakukan pada tahun ini maka target tersebut diharapkan bisa terealisasi pada tahun 2030 mendatang. “Sekarang ini menjadi mimpi kami untuk mencapai satu juta barel oil per hari. Itu mudah-mudahan tercapai 2030 seperti tadi dalam kalkulasi yang saat ini kami lakukan,” ungkap Dwi.

Menurut Dwi, optimisme atas target tersebut didasari oleh kondisi potensi migas Indonesia. Ini bisa dilihat dari data 128 cekungan sudah terdeteksi menyimpan potensi dan saat ini sudah dieksplorasi sebanyak 54 cekungan.

“Jadi ada 74 cekungan yang masih dalam posisi terbuka open area dan kalau saat ini kita memiliki cadangan 3,8 miliar barel oil maka yang tersedia belum tereksplorasi ini memiliki potensi 7,4 miliar barel jadi dua kali lipat dari yang sekarang ada. Jadi sesungguhnya potensi oil and gas di Indonesia masih cukup besar,” jelas Dwi.

Tantangan besar untuk mencapai target tersebut tidak hanya dari sisi teknis dimana lokasinya yang semakin di wilayah terluar serta terpencil akan tetapi juga nonteknis seperti iklim investasi yang menarik.

Menurut Dwi, iklim investasi yang menarik didorong oleh regulasi yang ramah terhadap investor dan juga kelengkapan data migas.

Apalagi, kata Dwi Indonesia saat ini bukan satu satunya negara yang memiliki cadangan migas. Dari sisi geografis pun Indonesia berada ditengah tengah yang menuntut Indonesia harus meningkatkan daya saing global.

“Tentu saja investor yang kita harapkan masuk di eksplorasi ini investor yang kuat maka untuk itu tantangannya adalah bagaimana kita bisa membangun iklim investasi yang baik,” kata Dwi.(RI)