JAKARTA – Unplanned Shutdown jadi salah satu biang kerok tidak tercapainya target lifting migas pada tahun lalu. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) berupaya untuk kurangi ancaman pengurangan lifting migas melalui digitalisasi dalam kegiatan operasi.

Fatar Yani Abdurrahman, Wakil Kepala SKK Migas, mengungkapkan IOC kini telah diupgrade yang ditandai penggunaaan fitur baru data analitik untuk pengelolaan data Produksi dan Lifting. Selain itu, pada IOC Upgrade telah ditambahkan modul-modul baru antara lain : dashboard lanjutan operasi Produksi, dashboard drilling (exploration & development), dashboard perkapalan, , dashboard bandar udara, dashboard terminal, dashboard HSE Level Satu, dashboard health, dashboard safety, dashboard lingkungan dan dashboard emergency, dashboard manajemen proyek dan dashboard baru pemeliharaan fasilitas operasi.

Fatar mengapresiasi perkembangan IOC serta kolaborasi antar fungsi di SKK Migas dan kolaborasi dengan KKKS. Sejak diluncurkan pada malam pergantian tahun 2020 atau beberapa bulan sebelum Pandemi Covid-19, manfaat IOC sungguh dirasakan. “Pandemi Covid-19 memaksa untuk melakukan perubahan dengan mengedepankan teknologi digital. SKK Migas dengan IOC telah memulai sebelum pandemi sehingga ketika ada pembatasan mobilitas, pengawasan dan koordinasi bisa dilakukan melalui IOC karena apa yang dilakukan oleh KKKS tetap bisa dimonitor”, kata Fatar, Kamis (10/3).

Tahapan pembangunan IOC secara mulus bisa dikerjakan, sampai pada tahun saat ini yang sudah sampai ke digital analytic. ”Kedepannya setelah semua penyempurnaan di IOC, diharapkan dapat membantu upaya SKK Migas menangani unplanned shutdown yang sangat dirasakan mengganggu produksi migas tahun lalu. Harapannya dengan data analityc yang bisa diperoleh dari IOC dapat dilakukan upaya pencegahan sedari awal, sehingga kejadian unplanned shutdown bisa ditekan secara bertahap sehingga pelaksanaan produksi migas kedepannya menjadi semakin ekselen”, ujar Fatar.

Fatar optimistis kebutuhan energi fosil meningkat terus seiring peningkatan daya beli dan jumlah populasi, meskipun prosentase energi migas akan berkurang pada bauran energi nasional. Saat ini produksi minyak per hari masih belum mencukupi kebutuhan nasional yang mencapai 1,5 juta barel, diperkirakan kebutuhan minyak ditahun 2030 bisa meningkat diatas 2 juta.

“Untuk memenuhi kebutuhan minyak secara keseluruhan masih belum, setidaknya upaya peningkatan produksi minyak di tahun 2030 dapat mengurangi GAP sehingga mengurangi impor. Ini peran lain hulu migas dalam mendukung perekonomian agar anggaran negara dapat dipergunakan untuk membangun sektor yang dibutuhkan oleh masyarakat”, ungkap Fatar

Menurut Fatar, saat ini, paling mudah mencari data adalah dalam bentuk digital. Transformasi oleh SKK Migas adalah transformasi untuk mengejar ketertinggalan produksi dengan tantangan adanya energi transisi. Digitalisasi sebagai enabler memegang peranan yang penting dalam upaya mencapai target 2030.

“Kecepatan menjadi sangat penting, dengan adanya IOC yang terus diperbaharui modul-modulnya, maka proses-proses pengambilan keputusan di hulu migas bisa menjadi lebih cepat dan akurat,” kata Fatar. (RI)