JAKARTA – PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) menargetkan kontribusi non batu bara sebesar 50 % pada tahun 2030. Ini sejalan dengan komitmen transformasi menjadi Perusahaan yang lebih hijau.

Garibaldi Thohir, Presiden Direktur ADRO, menyebutkan manajemen sepakat untuk serius melakukan tranformasi.
“Niat baik kami melakukan tranformasi, tapi segala sesuatunya butuh waktu. Penerapannya pelan-pelan. Kita komitmen serius dalam rangka tranformasi. Transisi perlu waktu,” ujarnya usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Jakarta, Rabu(15/5/2024).

Garibaldi mengatakan prospek bisnis energi baru dan terbarukan cenderung luar biasa. Demand energi hijau akan lebih besar. Selain untuk kepentingan domestik, prospek ekspansi ke negara lain seperti Singapura, sangat terbuka.
“Turunan green energy banyak sekali. Secara keseluruhan prospek ADRO masih menjanjikan,” katanya.

Saat ini Adaro fokus mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB), dan pembangkit Listrik tenaga air (PLTA).

Garibaldi menekankan bahwa ADRO tidak akan meningkatkan produksi batu bara thermal. Di sisi lain, tetap memproduksi batu bara metalurgi untuk kepentingan industri selain pembangkit listrik.
“Adaro tidak akan menambah thermal coal, itu komitmen kita. Batu bara metalurgi terus dibutuhkan tapi untuk industri berbeda bukan untuk pembangkit listrik, tapi untuk industri baja dan produk lain. Ini akan di optimalkan. Pilar lain, seperti aluminum,hydro, solar, wind akan tetap diprioritaskan. Ini yamg membuktikan kita serius melakukan transformasi,” ujarnya.(RA)