JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) mengungkapkan penurunan lifting minyak dan gas akan terus terjadi hingga Juni 2020. Setelah itu, pandemi virus Corona atau Covid-19 sudah berakhir atau sudah ada tanda-tanda pemulihan.

Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas, mengatakan untuk lifting minyak hingga Juni diperkirakan akan terjadi penurunan mencapai 166,5 ribu barel per hari (bph).

“Angka tersebut berdasarkan data penurunan lifting minyak oleh kilang Pertamina yang disampaikan pada rapat Shipping Coordination 13 April 2020,” kata Dwi disela rapat dengan Komisi VII DPR RI, Selasa (28/4).

Untuk penurunan lifting gas
berdasarkan perkiraan penurunan pengambilan gas pipa PT Perusahaan Gas Negara Tbk di Jawa Barat dan Jawa Timur sekitar 125 BBTUD. Selain itu juga terjadi penurunan terhadap serapan LNG dengan total volume mencapai sekitar 213 BBTUD.

“Berdasarkan perkiraan volume dua kargo LNG Tangguh yang dibatalkan PLN untuk Mei 2020 (asumsi dua kargo 6,6 TBTU dibagi jumlah hari pada Mei 2020),” kata Dwi disela rapat dengan Komisi VII DPR RI, Selasa (28/4).

Total hingga Juni 2020, SKK Migas memperkirakan akan ada penurunan lifting gas mencapai 338 BBTUD. Adapun penurunan lifting disebabkan menurunnya permintaan gas dari para konsumen seperti PLN maupun industri karena melambatnya ekonomi akibat wabah Covid-19.

SKK Migas juga telah merevisi target produksi pada tahun ini. Untuk produksi minyak, target turun sebesar 10 ribu barel per hari (bph) dari semula 735 ribu bph menjadi 725 ribu bph. Target tersebut adalah target teknis yang disepakati dalam Work Plan and Budget (WPNB) berdasarkan kemampuan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS). Untuk target APBN adalah 755 ribu bph.

Untuk produksi gas, target juga turun menjadi 5.727 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dari target WPNB sebesar 5.959 MMSCFD. Untuk target APBN adalah sebesar 6.670 MMSCFD.

Beberapa mitigasi yang didorong SKK Migas sehingga lifting minyak tetap positif adalah dengan memprioritas pemanfaatan crude produksi dalam negeri. Kemudian tanki dan kapal juga dimanfaatkan sebagai tempat penyimpanan sementara.

“Pemanfaatan kapasitas tangki penyimpanan Hulu oleh Hilir (Pertamina) sebagai storage crude impor,” kata Dwi.

Kemudian untuk tetap menjaga lifting gas beberapa upaya yang dilakukan seperti perhitungan penyesuaian pengaliran gas secara prorata kepada KKKS yang terdampak. “Status saat ini masih dalam proses evaluasi KKKS, penurunan lifting diupayakan seminimum mungkin,” kata Dwi.

Kemudian untaken kargo dipasarkan untuk pembeli spot ekspor melalui mekanisme tender dengan begitu potensi penurunan lifting LNG karena tidak diambilnya kargo oleh PLN telah dimitigasi sehingga tidak terdapat untaken kargo dan penurunan lifting.

Hingga kuartal I 2020, realisasi produksi migas 2.000 barel oil ekuivalen per day (BOEPD) dengan liftig migas sebesar 1.749 BOEPD dengan rincian produksi minyak 728 ribu bph dengan rata-rata lifting sebesar 701,6 ribu bph. Sementara produksi gas 7.118 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dengan realisasi lifting gas sebesar 5.866 MMSCFD.(RI)