JAKARTA – PT Adaro Power, anak usaha PT Adaro Energy Tbk mulai melirik untuk ekspansi bisnis ke sektor energi baru terbarukan (EBT). Adaro saat ini mengoperasikan dan mengembangkan proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), salah satunya PLTU Batang, Jawa Tengah berkapasitas 2×1.000 megawatt.

Mohammad Effendi, Presiden Direktur Adaro Power, mengatakan setelah fokus pada pembangkit bertenaga  batu bara, kini Adaro Power fokus untuk masuk ke bisnis geothermal atau panas bumi.

Pada tahap awal, Adaro Power tidak masuk sebagai operator, melainkan masuk menjadi bagian konsorsium dengan bagian share yang masih minoritas.

“Kami masih ikutan dulu sama orang yang berpengalaman. Jadi kami tidak keluar nama sebagai Adaro Power sendiri, tapi part of,” kata Effendi disela EBTKE ConEx di Jakarta, Kamis (30/8).

Namun sayang Effendi belum mau membeberkan partner Adaro di bisnis panas bumi. Hanya asal partner tersebut dipastikan berasal dari luar Indonesia. Beberapa tender proyek panas bumi sudah mulai diikuti oleh Adaro dan partner.

“Belum bisa disebutkan (tendernya), karena kita masih berpartner dulu, 10% (sahamnya),” ungkap dia.

Pendekatan berbeda dilakukan Adaro Power untuk masuk di bisnis panas bumi. Manajemen memilih untuk mempelajari pola bisnis geothermal, karena bagaimana pun risikonya tinggi. Tahap awal Adaro Power masuk berinvestasi untuk proyek panas bumi berkapasitas 200 MW

“Tujuannya supaya kami familiar, belajar dulu. Kalau batu bara kan sudah expert. Tapi kembali lagi kalau orang luar itu, mau ikut tender di Indonesia, dia perlu partner yang tahu mengenai keadaan lokal. Jadi ada simbiosis, kita perlu partner yang tahu teknologi, mereka perlu orang yang tahu market di sini dan environment,” kata Effendi.(RI)