JAKARTA – PT Vale Indonesia Tbk (INCO) pada enam bulan pertama 2021 mencatat produksi nikel dalam matte 30.246 ton, turun 17% dibanding periode yang sama 2020 sebesar 36.315 ton. Sepanjang 2021, Vale menargetkan produksi 64.083 nikel dalam matte, turun 11% dibanding realisasi produksi 2020 sebesar 72.237 ton.

“Penurunan disebabkan oleh aktivitas pemeliharaan yang tidak terencana dan kadar nikel yang lebih rendah pada kuartal I 2021,” kata Bernardus Irmanto, Chief Financial Officer Vale Indonesia, Senin (19/7).

Pada kuartal II 2021, Vale Indonesia mencatat produksi nikel dalam matte 15.041 ton, tidak jauh berbeda dengan realisasi produksi kuartal I sebesar 15.198 ton.

Vale dalam laporan tahunannya mengungkapkan produksi stainless steel dunia akan terus meningkat hingga 16% pada tahun 2025, sehingga permintaan nikel dunia juga akan terus tumbuh. Kebutuhan nikel untuk industri lain menurut lembaga riset dan konsultasi energi, Wood Mackenzie, juga diperkirakan mengalami pertumbuhan sekitar 5% per tahun, dari sekitar 750 kilo ton pada 2019 menjadi 980 kilo ton pada 2025 dan 2,11 juta ton pada 2040.

Pertumbuhan yang kuat didorong prakiraan konsumsi nikel dalam baterai Li-ion untuk kendaraan listrik (EV) dan penyimpanan energi (ES). Selama periode tersebut pangsa permintaan nikel global untuk keperluan EV/ES akan meningkat dari 4% pada tahun 2018 menjadi 31% pada 2040.

Vale mengungkapkan meski sempat terdampak pandemi Covid-19 dan penurunan pada kuartal I 2020, pada awal kuartal II 2020 permintaan dan harga nikel dunia mulai bergerak naik. Hal ini dipicu oleh pemulihan ekonomi di Tiongkok pasca-pengakhiran periode lockdown. Peningkatan permintaan nikel juga tidak terlepas dari dimulainya kembali proyek-proyek infrastruktur maupun pengembangan teknologi di Tiongkok, termasuk mobil listrik, yang sebelumnya sempat tertunda dan dihentikan.

Pertumbuhan permintaan nikel di pasar dunia, menjadi peluang bagi Vale untuk mengembangkan usaha di masa depan. Seiring dengan itu, Vale juga akan terus mendorong ekspansi usaha dengan pembangunan tiga fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) di Sorowako, Bahodopi dan Pomalaa.

Untuk Sorowako, rencana pengembangan dijalankan sesuai yang diamanatkan dalam amendemen kontrak karya (KK) untuk meningkatkan produksi sampai dengan 25%. Upaya peningkatan ini akan dilakukan dengan melakukan investasi yang bersifat continuous improvement dan pembangunan tambahan satu lini produksi RKEF dengan tingkat produksi tambahan sekitar 10.000 ton. Dengan kombinasi proyek continuous improvement dan tambahan satu lini produksi ini, diharapkan target produksi menjadi 90.000 ton nikel dapat tercapai sebelum berakhirnya KK.

Vale juga melanjutkan berbagai rencana pengembangan Blok Bahodopi, Sulawesi Tengah dan Blok Pomalaa, Sulawesi Tenggara. Realisasi pengembangan kedua blok tersebut telah memasuki tahap studi kelayakan dan dalam proses penyelesaian negosiasi dengan calon mitra strategis yakni perusahaan pengolah nikel asal Tiongkok untuk Blok Bahodopi, dan SMM untuk Blok Pomalaa. Langkah berikutnya adalah mendapatkan persetujuan untuk proyek ekspansi di Bahodopi dan Pomalaa, mendapatkan perizinan dan memulai proses pendanaan untuk kedua proyek tersebut.(AT)