JAKARTA – Rig fleet yang teknologinya disesuaikan kebutuhan pasar menjadi kunci PT Pertamina Drilling Services Indonesia (PDSI) menjaga eksistensi dan membuktikan ketangguhannya, bahkan bahkan di masa pandemi yang menyebabkan triple shock bagi kegiatan hulu migas.

Saat ini PDSI memiliki 47 rig yang terdiri dari 45 rig darat dan 2 rig laut dari beberapa tipe, yaitu mechanical, electrical, cyber conventional, cyber skidding, dan cyber walking.

Dari ke-47 rig PDSI tersebut, enam rig merupakan investasi PDSI tahun 2020-2021. Empat rig merupakan rig darat (land rig), dua rig laut (offshore rig).

Terkait rig laut, keduanya merupakan rig dengan tipe cyber. Pengembangan teknologi cyber di rig tersebut sepenuhnya dilakukan oleh perwira-perwira PDSI dan didesain khusus untuk kegiatan workovers di PHE OSES.

Selain tipe, kapasitas ke-47 rig inipun beragam sesuai dengan jenis jasa dan layanan PDSI, yakni mulai dari 250-750 HP (horse power), 1000 HP, 1500 HP, dan 2000 HP.

“Rig PDSI telah dimanfaatkan tidak hanya di pengeboran di captive market, tapi juga di luar itu. Contohnya di Exxon Mobil (EMCL) dan Vico Indonesia,” ungkap Rio Dasmanto, Direktur Utama PDSI, Kamis(5/8).

Rio menyampaikan bahwa keenam unit Rig 550 HP seluruhnya difabrikasi di Indonesia sehingga mendukung kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). mendukung road map pencapaian TKDN melalui optimalisasi penggunaan produk dalam negeri,” jelas Rio.

Cyber conventional rig adalah rig yang dapat dioperasikan dan dikontrol dengan sistem yang terintegrasi satu sama lain. Pengoperasiannya sudah terkomputerisasi dengan teknologi layar sentuh (touch screen). Teknologi ini memungkinkan satu personil bisa mengontrol seluruh peralatan di anjungan rig hanya dengan memerhatikan satu monitor.

Setingkat lebih canggih dari cyber conventional rig, PDSI memiliki cyber skidding rig. Selain memiliki teknologi yang sama dengan cyber conventional rig, cyber skidding masih dilengkapi dengan kemampuan perpindahan dua arah. Dengan teknologi skidding ini, proses perpindahan menara, substruktur, berikut peralatan rig, dari satu sumur ke sumur lain dalam satu cluster dapat berlangsung lebih aman dan lebih cepat.

Sementara untuk cyber walking rig, teknologi paling baru di PDSI ini memiliki kemampuan perpindahan hingga delapan arah.

Firmansyah Arifin, Project Manager Middle East PDSI, mengatakan bahwa rig dengan teknologi cyber, skidding, dan walking system mampu mengoptimalkan kinerja operasi pengeboran dan menciptakan efisiensi signifikan, terutama terkait dengan fuel consumption dan moving time. Khusus walking system rig, yang cocok untuk batch drilling, bahkan mampu menciptakan efisiensi atau menghemat waktu hingga 30 % dari jadwal operasional.

Dari empat Land Rig yang dimiliki PDSI, tiga rig digunakan untuk mendukung operasi pengeboran di Blok Rokan, Riau dan satu rig untuk Region 4 Subholding Upstream. Keempat land rig hasil investasi tahun 2020-2021 ini berkapasitas 550 HP, tipe mobile dengan mechanical system dan telescopic mast.

Wisnu Adi Nugroho, Asset Management Manager PDSI selaku PM Tim Persiapan Proyek Pertamina Hulu Rokan, menjelaskan bahwa berdasarkan kebutuhan customer untuk pengeboran sumur dangkal (shallow well) yang rata-rata kedalamannya di bawah 1.500 meter (4.500 feet), maka rig yang sesuai dengan permintaan tersebut adalah kapasitas 550 HP.

Kemudian, sesuai dengan kondisi well pad dan program pengeborannya, Blok Rokan membutuhkan rig bertipe mobile. Dengan demikian, harapannya rig bisa masuk ke dalam kondisi well pad yang relatif compact.

Dengan menggunakan tipe mobile rig, proses pindah antar sumur juga bisa berlangsung cepat. Ini sesuai dengan karakteristik Blok Rokan yang durasi pekerjaannya lebih cepat dan nantinya lebih banyak proses pindah antar sumur.

“Kelebihan lain rig terbaru PDSI ini adalah bisa melakukan pekerjaan sumur mulai dari drilling sampai completion. Rig ini juga dilengkapi dengan fasilitas porta camp yang mampu menampung semua personel rig jika harus melakukan pengeboran di remote area,” ujar Wisnu.

Heneka Yoma Priyangga, Corporate New Business, Research, and Development (CNBRD) Manager PDSI, mengatakan sebelum pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 15 tahun 2013 tentang Penggunaan Produk Dalam Negeri pada Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, PDSI sudah memaksimalkan penggunaan produk-produk dalam negeri.

“Tepatnya sejak tahun 2011 silam PDSI banyak melakukan investasi rig dan peralatan yang difabrikasi manufaktur lokal. Tujuannya untuk memaksimalkan penggunaan produk-produk dalam negeri di kegiatan bisnis dan operasinya,” katanya.

Dari penggunaan rig-rig fabrikasi dalam negeri tersebut, nilai TKDN PDSI ke customer selama ini sebesar kurang lebih 75 persen untuk jasa sewa rig. Di sisi lain, kendati merupakan produk lokal dan nasional, Yoma mengatakan, untuk menjamin kualitasnya, rig-rig tersebut dipastikan telah memenuhi standar dan spesifikasi internasional.

“Kami berharap PDSI dapat terus menjadi perusahaan jasa pengeboran migas terbaik bagi industri hulu migas Indonesia dan pada akhirnya mampu memberikan kontribusi besar dalam mendukung target pemerintah mencapai lifting minyak 1 juta barel minyak bumi per hari dan gas 12 miliar standar kaki kubik per hari pada 2030,” kata Rio Deswanto.(RA)