JAKARTA – Pertamina Geothermal Energy Tbk akhirnya secara resmi mulai melantai bursa. Dengan penawaran publik ini diharapkan PGE bisa terus berkembang dan lebih optimal dalam melakukan ekspansi bisnis.

Dadan Kusdiana, Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE). Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menyatakan setelah melantai bursa, PGE harus bergerak cepat. Fokus utamanya adalah menambah kapasitas pembangkit panas bumi.

“PGE perusahaan panas bumi pertama di Indonesia yang go public, semoga bisa berikan signal positif untuk investor investasi panas bumi di Indonesia. Harus segera cepat bergerak, tambah install capacity pembangkit. Yang nanti akan jadi nilai tambah ekspansinya jadi kakau PGE nggak tambah kapasitas upaya ini ga ada gunanya. Hasil dari ini (IPO) harus segera dimanfaatkan. Dari angka 672 Megawatt (MW) harus tambah jadi 1200an MW,” kata Dadan dalam launching IPO PGE, Rabu (1/2).

PGE akan menawarkan 25% sahamnya ke publik dengan jumlah saham yang ditawarkan mencapai 10,35 miliar saham dengan masa pembentukan harga Rp 820-945 per saham.

PGE jadi satu dari dua unit bisnis Pertamina yang ditawarkan ke publik. Selain PGE ada PT Pertamina Hulu Energi (PHE) yang disiapkan untuk melantai bursa. Tujuannnya untuk mendapatkan dana segar guna melalui ekspansi di bisnis Energi Baru Terbarukan (EBT) serta investasi di sektor hulu migas.

Menurut Dadan panas bumi di Indonesia sangat prospektif untuk dikembangkan. Dari sisi regulasi juga Pemerintah telah memberikan perhatian khusus. Panas Bumi kata dia akan jadi yang utama penggerak met zero emissions terkait elektrifikasi.

“Ke depan listrik harus EBT. Panjang diskusi kalau solar. Kalau bicara panas bumi empiris yang diresmikan. Pertama kali pak Soeharto resmikan sampai sekarang tetap beroperasi sama kapasitasnya seperti 40 tahun lalu,” ujar Dadan. (RI)