JAKARTA – Deretan insiden fatality yang terjadi di awal tahun ini memberikan dampak cukup signifikan terhadap target program kerja hulu migas, terutama untuk kegiatan pemboran. Ini tentu bisa juga berdampak terhadap target produksi migas tahun ini. Tahun 2023 pemerintah mematok target produksi minyak mencapai 660 ribu barel per hari (BPH) dan gas sebesar 6.160 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd).

Wahju Wibowo Djasmari, Deputi Eksploitasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), menceritakan pasca insiden fatality di lapangan Adera Pertamina pada Februari lalu Pertamina langsung melakukan Safety Stand Down (SSD). Langkah ini memang sesuai dengan prosedur yang ada namun ini juga harus dibayar dengan berhentinya seluruh kegiatan pemboran untuk dilakukan inspeksi menyeluruh terhadap kegiatan pemboran.

“Semua rig diinspeksi, baik pengeboran maupun workover berhenti dicek alatnya kemampuan orangnya ratusan rig behenti saat itu, sampai sekarang puluhan rig belum bekerja. Masih sisakan gap-gap yang harus dipenuhi dari inspeksi,” kata Wahju beberapa hari lalu di kantor SKK Migas.

Berhentinya rig ini membuat kegiatan operasi perusahaan menjadi tidak efisien. Inilah yang dikhawatirkan membuat target produksi menjadi terganggu. SKK Migas sendiri telah mengkalkulasi bahwa akibat insiden fatality kemungkinan besar akan ada evaluasi terhadap target pemboran sumur pengembangan tahun ini.

“Di Rokan sekarang ratusan rig menganggur pemboran saya 991 (target) kita lapor (Menteri ESDM) mungkin selesai 920 karena kejadian ini banyak rig harus diinspeksi dan tidak bekerja,” jelas Wahju.

Meskipun sangat disayangkan namun inspeksi wajib dilakukan karena berhubungan dengan keselamatan para pekerja di lapangan. Untuk itu Wahju memperingatkan para kontraktor agar meningkatkan perhatiannya terhadap aspek HSSE. SKK Migas kata dia juga bakal lebih “galak” terhadap kontraktor yang membandel belum mengoptimalkan program-program HSSE-nya.

“Kita ambil risiko kita mau pastikan kalau nanti dilanjutkan tidak terjadi lagi kejadian-kejadian itu. Jadi kalau ada budget training mereka itu dihabiskan. Mulai setelah Q1 saya mau tahu KKKS mana yang belum keluarin duitnya seperti yang kita sepakati,” jelas dia.

Menurut Wahju ada ratusan juta dollar investasi untuk program HSSE yang telah disepakati oleh kontraktor di seluruh tanah air. SKK Migas akan memastikan bahwa setiap dollar yang sudah direncanakan itu harus dihabiskan dan bisa memberikan hasil nyata terhadap peningkatan kualitas HSSE di setiap perusahaan.

“Ada ratusan juta dollar untuk seluruh indonesia. Untuk kepentinan HSSE harus mereka keluarkan ngga bisa nggak,” tegas Wahju.

Seperti diketahui jatuhnya korban jiwa di industri hulu migas terjadi di wilayah kerja Pertamina yang bermula di pada awal tahun di blok Rokan pada 18 Januari 2023 seorang pekerja mitra Pertamina Hulu Rokan (PHR)di lokasi rig sumur 5D-28 Kampung Minas Barat, Kecamatan Minas, Kabupaten Siak.

Insiden selanjutnya terjadi di Adera Field, Pertamina EP. Lagi-lagi seorang pekerja mitra mengalami kecelakaan kerja dan meninggal dunia di sumur BNG-34 di Kabupaten PALI, Sumatera Selatan.

Tidak hanya di situ. Kecelakaan kerja juga kembali terjadi di blok Rokan akhir Februari lalu. Tidak tanggung-tanggung kali ini ada tiga pekerja mitra harus kehilangan nyawanya setelah terjatuh ke kontainer limbah. Ketiga korban merupakan pekerja dari PT Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLI), subkontraktor PT PHR di Kabupaten Rokan Hilir (Rohil).