JAKARTA – Kinerja produksi siap jual atau lifting minyak PT Saka Indonesia Pangkah LTD, cucu usaha PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) yang mengelola Blok Pangkah sepanjang semester I 2019 mendapatkan rapor merah. Pasalnya, realisasi lifting dari Blok Pangkah masih jauh dari target yang ditetapkanĀ  Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2019.

Data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyebutkan realisasi lifting minyak Saka di Pangkah sepanjang semester I rata-rata hanya sebesar 2.933 barel per hari (bph) atau 52% dari target APBN 2019 sebesar 5.600 bph. Realisasi tersebut juga masih dibawah rata-rata realisasi 2018 sebesar 5.006 bph. Saka sendiri saat menempatai posisi 20 Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) kontributor lifting nasional dengan rapot merah tertinggi diantara KKKS lainnya.

Pada 2019, PT Saka Energi Indonesia mengejar penyelesaian dua proyek di Lapangan Sidayu dan West Pangkah. Rencananya dua proyek tersebut akan bisa menambah produksi Saka Energi. Dua proyek tersebut ditargetkan rampung pada kuartal II 2020 dan menambah produksi minyak hingga 7.000 bph dan gas bumi 28 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).

Djoko Siswanto, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan pengawasan produksi migas dilakukan SKK Migas. “Mereka yang mengawasi itu, yang mengesahkan berapa pengeborannya juga SKK Migas,” tegas Djoko di Jakarta, Selasa (30/7).

Wisnu Prabawa Taher, Kepala Divisi Program dan Komunikias SKK Migas, belum mau berkomentar banyak terkait kinerja Saka di Bok Pangkah. Saat ini tim sedang menghimpun informasi terkait belum tercapainya target lifting Saka. “Masih tunggu laporan dari tim,” tukasnya.

Saka Energi tercatat mengelola hak partisipasi di sepuluh aset migas di Indonesia dan satu blok gas serpih di Amerika Serikat. Lima blok migas dioperasikan sepenuhnya oleh Saka dengan kepemilikan 100%, yakni Blok Pangkah, Sesulu Selatan, Wokam II, Pekawai dan Blok West Yamdena.

Tahun lalu, Saka Energi membukukan produksi migas sebesar 49.600 barrel oil equivalent per day (BOEPD) atau lebih rendah dari produksi 2017 sebesar 51,400 BOEPD akibat berakhirnya dua blok produksi, yakni Blok Sanga Sanga dan Southeast Sumatra (SES) pada kuartal III 2018.(RI)