JAKARTA – Industri hulu migas nasional didorong untuk turut menopang pertumbuhan ekonomi daerah di sekitar wilayah operasinya.

Julius Wiratno, Deputi Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengungkapkan di level nasional, setiap US$1 juta investasi migas dapat memberikan nilai tambah US$1,6 juta, menambah produk domestik bruto (PDB) US$0,7 juta, dan membuka lapangan kerja bagi lebih dari 100 orang. Kontribusi tersebut di luar penerimaan negara dari sektor hulu migas.

“Selain itu, ada juga dukungan industri hulu migas pada pembangunan daerah, baik dampak langsung maupun tidak langsung,” kata dia dalam diskusi virtual bertajuk “Peran Sektor Hulu Migas: Menggerakkan Roda Perekonomian Daerah”, Sabtu (19/12).

Salah satunya proyek hulu migas yang bisa dijadikan contoh implementasi kontribusi ke daerah adalah Proyek Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu memberikan kontribusi hingga Rp2,18 triliun untuk Bojonegoro, Jawa Timur.

Julius mengatakan, dampak langsung keberadaaan industri hulu migas bagi daerah ini mencakup dana bagi hasil (DBH) migas yang sudah diatur dalam perundang-undangan, jatah hak partipasi (participating interest/PI) sebesar 10%, pajak daerah dan retribusi daerah (PDRD), terciptanya bisnis penyedia barang dan jasa lokal, penyerapan tenaga kerja lokal, dan adanya tanggung jawab sosial. Kemudian, fasilitas penunjang operasi migas juga dapat digunakan oleh masyarakat, serta adanya pasokan gas untuk kelistrikan daerah, bahan bakar indystri, dan bahan baku industri turunan.

Untuk dampak tidak langsung, disebutnya berasal dari perusahaan penunjang bisnis hulu migas. Rincinya, pajak daerah dan retribusi daerah (PDRD), bisnis penyedia barang dan jasa lokal, penyerapan tenaga kerja lokal, dan kucuran tanggung jawab sosial (TJS).

“Contohnya Proyek Banyu Urip berkontribusi Rp 2,18 triliun ke Bojonegoro yang mencakup vendor lokal, tenaga kerja lokal, material lokal, dan lainnya,” ungkap Julius.

Dia menambahkan, pembangunan fasilitas produksi Blok Cepu melibatkan lebih dari 18 ribu oekerja dan 460 subkontraktor, Proyek ini juga mendorong tumbuhnya jasa pendukung seperti hotel, rumah makan, transportasi, dan rumah kontraktan. Selain itu, juga terdapat pelatihan keterampilan untuk pekerja lokal menyangkut dunia pendidikan, kesehatan, pengembangan usaha kecil dan socioekonomi.

“Proyek ini juga berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi lokal di Bojonegoro, dengan contoh 19,47% di 2015, mengacu data BPS,” ungkap Julius.

Sugeng Suparwoto, Ketua Komisi VII DPR, mengatakan besarnya kontribusi industri hulu migas ke perekonomian daerah, utamanya dengan adanya jatah PI 10% bagi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Kepemilikan PI oleh BUMD ini berdasarkan skema bisnis (business to business/b to b), di mana jika daerah mampu maka bisa mengambil hak saham tersebut. Tetapi pemerintah daerah juga bermitra dengan perusahaan jika memang tidak bisa mendanai, atau tidak mengambil jatah ini.

“Ini potensi bagaimana migas memberi kontribusi secara langsung dalam perekonomian daerah,” ungkap dia.

Sugeng mengatakan satu hal yang harus diperhatikan adalah pemerintah daerah harus mengubah mentalnya agar dapat menikmati dampak keberadaan industri hulu migas di wilayahnya, yakni dari birokrasi atau politisi menjadi pengusaha. Hal ini untuk menghindarkan keberadaan migas di daerah hanya menjadi isu politik antar pemegang kekuasaan politik di daerah tersebut, yang ujungnya berdampak pada iklim investasi migas nasional.

“Di migas, apabila pemerintah daerah men-switch mental dari birokrasi, politisi ke pengusaha, saya kira itu peluang besar untuk migas. Ingat, pengelolaan migas memerlukan teknologi canggih dan kapital yang besar, kita masih butuh investor asing,” tegas Sugeng.

Muhammad Nurdin, Senior Vice President Production ExxonMobil Cepu Limited, menegaskan sejak awal beroperasi di blok Cepu Exxon berkomitmen terus berkolaborasi dengan pemerintah untuk meningkatkan perekonomian daerah ini tentu bisa berdampak langsung juga pada kegiatan operasi.

“Kolaborasi bersama yang baik antara pemerintah pusat dan daerah, masyarakat serta investor dan para mitra sangat diperlukan guna membangkitkan perekonomian nasional dan daerah,” kata Nurdin.(RI)