JAKARTA – Penurunan produksi minyak  sudah tidak dapat dihindari. Selain karena faktor alami akibat kondisi sumur, jumlah cadangan yang tidak mengalami perkembangan signifikan juga menjadi faktor loyonya produksi minyak.

Arcandra Tahar, mantan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengungkapkan cara terbaik untuk mengejar peningkatan produksi secara signifikan adalah dengan melakukan eksplorasi untuk mencari cadangan minyak dalam jumlah besar. Jika sudah didapatkan, cadangan tersebut juga tidak bisa langsung diproduksi tapi harus dipastikan jumlahnya, belum lagi harus melalui proses administrasi.

Eksplorasi juga membutuhkan waktu yang tidak singkat. Paling tidak harus disiapkan waktu enam hingga tujuh tahun hanya untuk melakukan eksplorasi.

Success ratio tidak selamanya berhasil, 20% paling besar. 10 kali eksplorasi, yang berhasil dua kali, delapan lainnya gagal,” kata Arcandra dalam diskusi bertajuk Problem dan Solusi Hulu Migas Wujudkan Pembangunan Ekonomi Berkeadilan”, di Jakarta, Rabu (4/12).

Selain waktu eksplorasi, membangun fasilitas produksi juga butuh waktu yang tidak singkat.

Pemerintah telah mengantongi dana komitmen kerja pasti (KKP) untuk melakukan kegiatan eksplorasi.

“Kalau kegiatan eksplorasi berhasil dengan US$2,6 miliar bisa nikmati 10 tahun mendatang, bukan sekarang. Sekarang kita siapkan uang, bikin iklim menarik, yang menikmati 10-20 tahun akan datang. Itu kalau kita mulai dari kegiatan eksplorasi,” kata Arcandra.

Beberapa cara bisa ditempuh sebagai upaya unutuk meningkatkan produksi, misalnya saja Enhance Oil Recovery (EOR). Namun EOR hanya bisa paling tidak meningkatkan produksi tidak sampai lebih dari 5%.

“Untuk lapangan tua kita namakan EOR, teknologi yang bisa menaikkan produksi. tapi nggak banyak 1% – 2%. Kemudian masuk jangka waktu 1-3 tahun,
yang panjang 3 tahun atau 7-10 tahun, EOR
naiknya produksinya juga tidak banyak,” kata Arcandra.(RI)