PT Pertamina EP, kontraktor kontrak kerja sama di bawah supervisi dan koordinasi Satuan Kerja Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), adalah salah satu kontributor terbesar minyak dan gas bagi PT Pertamina (Persero). Pada beberapa tahun lalu, saat harga minyak sempat menembus level di atas US$ 100 ribu barel, Pertamina EP memberi kontribusi bagi pendapatan induk usaha lebih dari 60%. Produksi minyak dan gas juga nomor satu, di atas anak usaha sektor hulu lainnya.

Namun, seiring pelemahan harga minyak mentah dunia, kendati kini mulai meningkat, kontribusi Pertamina EP terhadap persero mulai turun. Kendati begitu, Pertamina EP memiliki peran sangat strategis, tak hanya abagi Pertamina tapi juga untuk ketahanan energi nasional. Betapa tidak? Pertamina EP mengelola ladang migas seluruh kawasan di Tanah Air, dari Aceh hingga Papua. Karakter ladang migas yang dikelola pun beragam, mulai di daratan hingga lautan dengan aneka tantangan yang berbeda.

Manajemen PT Pertamina EP di bawah kepemimpinan Direktur Utama Nanang Abdul Manaf berupaya keras agar produksi migas Pertamina EP tetap terjaga kendati terjadi penurunan alamiah. Di sisi lain, Pertamina EP tetap menjadi salah satu kontributor terbesar bagi pendapatan persero. Untuk mengetahui lebih jauh bagaimana kinerja Pertamina EP hingga kuartal I 2018, berikut wawancara Dudi Rahman dari Dunia-Energi dengan Nanang Abdul Manaf. Petikannya.

 

Nanang Abdul Manaf, Direktur Utama PT Pertamina EP (Foto: dokumentasi Pertamina EP)

Berapa realisasi produksi minyak Pertamina EP hingga kuartal I 2018?
Produksi minyak sepanjang kuartal I sekitar 76.000 BOPD, masih di bawah target sepanjang 2018 yang sebesar 83.000 BOPD.

Bagaimana dengan produksi gas?
Alhamdulillah, produksi gas kami pada kuartal I mencapai level di atas 1.000 MSCFD, ini di atas target tahun ini sekitar 980-an
MMSCFD.

Dibandingkan kuartal I 2017, apakah realisasi produksi minyak pada kuartal I 2018 ada penaikan atau penurunan?
Turun, sekitar 96% dibandingkan produksi kuartal I 2017 yang mencapai hamper 80 ribu BOPD.

Apa penyebabnya?
Realisasi produksi bor dan WO (work over) tidak mencapai target dan kendala operasi di beberapa field.

Bisa Anda jelaskan, unit bisnis mana saja yang memberi kontribusi produksi minyak dan gas bagi Pertamina EP?
Pertamina EP Asset 1 sekitar 13.000-an BOPD, Asset 2 sekitar 17.000-an BOPD, Asset 3 di level 9.000-an BOPD, Asset 4 sekitar 12.700-an BOPD, dan Asset 5 sekitar 18.00-an BOPD, serta dari business partnership sekitar 5.000-an BOPD. Sedangkan produksi gas untuk Asset 2 terbesar, yaitu sekitar 400-an MMSCFD, diikuti Asset 3 sekitar 290-an MMSCFD, lalu Asset 4 senilai 170-an MMSCFD, Asset 1 sekitar 90-an MMSCFD, dan Asset 5 di bawah 20 MMSCFD, serta business partnership sekitar 9 MMSCFD.

Berapa realisasi revenue per kuartal I 2018?
Pencapaian revenue per kuartal I 2018 sudah hampir 100% mendekati target kuartal I yang sekitar US$ 680 juta.

Dibandingkan periode sama tahun lalu bagaimana?
Alhamdulillah, revenue kuartal I tahun ini lebih tinggi 115%. Tahun lalu pada periode Januari-Maret, kami membukukan revenue US$ 586 juta.

Berapa total dana belanja modal (capex) sepanjang kuartal I 2018?
Sekitar US$ 120 juta.

Untuk apa alokasinya?
Ini digunakan terutama untuk pemboran yang paling besar, yaitu sekitar US$ 80-an juta dan sisanya untuk surface facilities (pembangunan, upgrading, overhaul).

Bagaimana dengan realisasi belanja operasi (opex)?
Realisasi opex sekitar US$ 350-an juta, terutama digunakan untuk mendukung kegiatan operasional perusahaan, antara lain kegiatan eksplorasi dan eksploitasi.

Total capex dan opex tahun ini berapa? Alokasinya untuk apa saja?
Sampai saat ini proyeksi capex/opex masih sama dengan rencana semula, yaitu capex sebesar US$ 330 juta dan opex US$ 1,6 miliar. Alokasinya untuk kegiatan exploration & development, production, G&A.

Apa upaya Pertamina EP untuk mempertahankan dan bahkan meningkatkan produksi migas?
Menyelesaikan program pemboran dan WO, serta melaksanakan program rencana kerja operasi sumur. Selain itu, Recovery Plan PEP untuk mencapai target produksi.

Berapa rata-rata cost of production per barel minyak Pertamina EP di lapangan onshore dan offshore?
Kami belum ada perhitungan split production cost onshore dan offshore. Secara total, production cost year to date Maret 2018 untuk minyak sekitar US$15,98 per barel, gas US$1,03/MSCF, dan migas US$ 8,96 per MSCF. Sebagai gambaran, lapangan offshore salah satunya ada di Field Poleng Production. Cost Field Poleng year to date per Maret 2018 untuk minyak sekitar US$ 10 koma sekian per barel, gas US$ 1,8 per MSCF, dan migas US$ 10 koma seian per MSCF.

Terakhir, bagaimana kemajuan eksplorasi di lingkungan Pertamina EP?
Kegiatan eksplorasi Pertamina EP meliputi kegiatan seismic 2D, seismic 3D, serta pemboran. Sampai pertengahan Mei 2018 telah direalisasikan seismic 2D sepanjang 5 km di Tanjung Area 2, sesmik 3D seluas 344 km2 di Klamasossa dan Piraiba. Adapun pemboran telah diselesaikan sebanyak dua sumur, yaitu Sakura-001 dan Brajanata-001 dengan hasil temuan Sumberdaya 2C secara self assessment review sekitar 1,1 MMBOE dan 4 MMBOE. (DR)