JAKARTA – PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) menargetkan capaian kinerja keuangan positif hingga akhir tahun 2025, seiring prediksi kenaikan harga emas sebesar US$3500 – 4000 per oz.

Pertumbuhan kinerja keuangan juga akan didorong peningkatan produksi emas mencapai 70.000 – 75.000 oz emas di tahun 2025. Angka ini lebih tinggi dibandingkan produksi emas tahun sebelumnya, yakni sebesar 64.000 oz.

“Beberapa analis asing diantaranya JP Morgan, Morgan Stanley, Goldman Sachs, Bank of America Merrill Lynch, memprediksi harga emas berkisar US$3500 – 4000 per oz di akhir 2025 atau awal 2026. Dengan adanya peningkatan produksi emas, ditambah dengan kenaikan harga jual emas, maka hal ini akan berdampak positif terhadap kinerja keuangan BRMS di tahun 2025,” kata Herwin Wahyu Hidayat , Direktur BRMS, kepada Dunia Energi, Selasa(17/6/2025).

Herwin mengatakan dengan beroperasinya pabrik kedua di Palu, Sulawesi, diharapkan dapat mencapai target peningkatan produksi emas tahun ini. “Harapannya pabrik kedua di Palu, akan beroperasi full capacity selama 12 bulan penuh di 2025 ini,” katanya.

Adapun kandungan emas BRMS saat ini masih berkisar di 1,5 g/t karena masih berasal dari penambangan terbuka (open pit mining). Ditargetkan akhir 2027, dapat mulai menambang dari tambang bawah tanah (underground mining) dengan kandungan emas yang lebih tinggi yaitu 3,5-4,9 g/t.

“Artinya, produksi emas kami di full year 2028 nanti bisa naik 2-3 kali lipat dari produksi emas di tahun 2024 lalu,” ujar Herwin.

Perusahaan akan terus mendorong produksi peningkatan emas mencapai 80.000 troy ounce pada 2026 dan naik menjadi 90.000 troy ounce pada 2027. Underground mining ditargetkan memproduksi emas hingga 150.000 troy ounce pada 2028 atau dua kali lipat dari target tahun ini.

BRMS membukukan kenaikan pendapatan, laba usaha, dan laba bersih masing – masing sebesar 248%, 150%, dan 77% di tahun 2024, dibandingkan capaian tahun sebelumnya. Kinerja keuangan yang semakin membaik tersebut disebabkan peningkatan produksi emas yang dipicu oleh lebih tngginya kandungan emas yang diproses di tahun 2024.

Herwin optimistis prospek harga emas kedepannya masih positif. Ia menilai emas masih dianggap sebagai investment safe haven (investasi super aman) dan menjadi pilihan investasi para pelaku pasar dalam kondisi geopolitik yang masih tidak menentu (perang tarif antara USA & China, perang teluk antara Iran & Israel).

Herwin mengungkapkan, banyak negara-negara yang mulai melepaskan ketergantungannya dari mata uang USD, seperti negara yang tergabung dalam the BRICS: China, Russia, India, Brasil, South Africa, dan lainnya.

“Negara-negara ini memilih bertransaksi dengan mata uang negara masing-masing untuk memperkuat mata uang negaranya. Negara-negara ini mulai membeli emas untuk mendukung penguatan mata uang mereka,” ujar Herwin.(RA)