JAKARTA – Sudah sejak Mei 2022 atau delapan bulan lamanya perusahaan energi terbesar di tanah air, PT Pertamina (Persero) tidak memiliki juru bicara atau Corporate Communication definitif. Sampai sekarang tidak ada yang tahu pasti kapan posisi krusial itu akan diisi, padahal banyak pihak menilai juru bicara sebuah perusahaan apalagi sekelas Pertamina merupakan posisi yang cukup vital dan tidak seharusnya dibiarkan kosong dalam waktu yang lama.

Mulyanto, Anggota Komisi VII DPR RI, mengungkapkan posisi juru bicara sangat menentukan hubungan antara perusahaan dengan masyarakat. Apalagi perusahaan seperti Pertamina yang dalam bisnisnya mendistribusikan BBM yang jadi salah satu kepentingan utama masyarakat.

“Posisi jubir cukup penting dalam membangung rekognisi publik terhadap korporasi. Karenanya harus diisi oleh orang yang tepat dan profesional,” kata Mulyanto kepada Dunia Energi, Senin (23/1).

Saat ini posisi juru bicara atau Vice President Corporate Communication Pertamina diisi sementara oleh Heppy Wulansari menggantikan Fajriyah Usman yang sejak Mei 2022 menjabat VP Corporate Social Responsibility (CSR) & SMEPP Management Pertamina.

Komaidi Notonegoro, Direktur Eksekutif Reforminer Institute, mengungkapkan wajar jika ada pertanyaan yang timbul mengenai alasan belum ditunjuknya juru bicara tetap perusahaan sekelas Pertamina.

Menurut dia sebagai perusahaan yang bersinggungan langsung dengan masyarakat peran juru bicara sangat penting. “Sekelas BUMN seperti Pertamina tentu perlu, urgensinya posisi itu. Mereka (Pertamina) perlu sampaikan informasi perusahaan, sarana komunikasi ke publik. Status BUMN bertanggung jawab ke pemerintah tapi secara keseluruhan ke masyarakat, sehingga capaian rencana dll harus disampaikan, itu melekat di corporate communication,” jelas Komaidi.

Dia pun mempertanyakan urgensi para pelaku kepentingan dalam hal ini pemerintah atau Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai pemilik saham dan manajemen Pertamina belum juga menunjuk juru bicara tetap Pertamina.

“Ini kembali ke internal pertamina BUMN kenapa sampai sekarang belum dipilih melihat urgensi berbagai kondisi internal jadi pertimbangan kenapa masih dibiarkan kosong posisi ini,” ungkap Komaidi.

Sebenarnya sempat ada kabar tersiar bahwa istana sudah menyiapkan nama baru untuk mengisi posisi juru bicara Pertamina. Sumber Dunia Energi membisikkan Fadjar Djoko Santoso disebut-sebut bakal calon kuat juru bicara Pertamina bahkan sudah siap untuk dilantik.

Namun nama Fadjar tiba-tiba saja hilang dari bursa calon juru bicara. Informasi yang beredar di internal manajemen, ternyata tidak sedikit pihak yang menolak Fadjar yang merupakan eksternal Pertamina tiba-tiba mengisi posisi juru bicara.

Fadjar sendiri lama berkarier di Kantor Sekretariat Negara. Setelah sempat menjadi reporter magang di salah satu stasiun TV swasta di bilangan Tendean, Jakarta Selatan selama tiga bulan (Januari-Maret 2007), Fadjar langsung menjadi Analis Media di Kesekretariatan Presiden pada 2008. Pada 2019, Fadjar menjadi Analis Publikasi dan terakhir promosi jadi Kepala Subdivisi Audio Visual. (RI)