JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan revisi rencana pengembangan (plan of development/PoD) Blok Masela rampung pada kuartal I 2017. Hal tersebut diyakini bisa terealisasi karena didukung telah selesainya kajian alokasi gas oleh pemerintah.

Arcandra Tahar, Wakil Menteri ESDM, menyatakan Kementerian Peridustrian dan Kementerian ESDM sudah selesai melakukan kajian dan pembahasan terkait penggunaan gas Masela, yang selanjutnya akan diajukan ke Inpex Corporation selaku kontraktor Blok Abadi Gas Masela.

“Awal 2017, kuartal I kita usahakan selesai. Alokasi gas sudah ada, investor juga,” kata Arcandra di Jakarta, Jumat (25/11).

Peta lokasi lapangan gas Abadi di Blok Masela.

Menurut Arcandra, belum ada investor yang ditetapkan oleh pemerintah untuk bisa memanfaatkan gas Masela, namun pemerintah sudah menerima beberapa investor yang menyatakan berminat.

“List berminat investor sudah ada, seperti petrokimia dan pupuk, kira-kira dua industri itu,” katanya.

Pemerintah, kata Arcandra juga belum memutuskan volume gas yang diminta alokasinya untuk penggunaan atau keperluan industri ke depannya karena masih harus melalui beberapa proses sebelum beralih ke kontrak. Selain itu, term and condition dalam PoD juga masih dalam proses finalisasi pembahasan karena masih ada beberapa permintaan Inpex yang masih dalam kajian.

“Ada terms and condition, kita tidak harus mempertahankan posisi sehingga harus win-win. Win-win ini lagi dicari. Ini sedang dicari terms-nya, ya seperti production per year, perpanjangan kontrak,” ungkap dia.

Inpex yang mulai mengelola Blok Masela sejak 1998 meminta beberapa insentif, seperti pengajuan peningkatan kapasitas fasilitas LNG dari 7,5 MTPA ke 9,5 MTPA, meminta perpanjangan hak kelola selama 10 tahun, serta meminta pengembalian dana yang sudah dikeluarkan selama masa studi eksplorasi sebesar US$ 1,2 miliar.

Pemerintah juga sudah memiliki usulan terkait pulau yang dijadikan lokasi pembangunan kilang LNG serta lokasi industri untuk mengembangkan gas Masela. Ini sedang dibahas. “Ada tiga, Pulau Aru, Selaru, dan Pulau Yamdena,” katanya.

Ketiga pulau tersebut diusulkan karena dianggap paling siap untuk dijadikan lokasi pengembangan gas Masela. Beberapa indikator tersebut, misalnya ketersediaan akses pipa, secara teknikal pulaunya bisa dijadikan lokasi industri petrokimia.

“Kemudian kalau bisa sudah ada penduduknya sehingga bisa membangun, lalu memenuhi nilai keekonomian,” tandas Arcandra.(RI)