JAKARTA – PT Perusahaan Gas Negara Tbk  memproyeksikan pendapatan 2019  naik dibanding tahun lalu seiring peningkatan penjualan gas dan imbas integrasi dengan PT Pertamina Gas (Pertagas) dibawah naungan PT Pertamina (Persero) sebagai holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) minyak dan gas.

“Pendapatan bisa sekitar US$ 5 milliar,” kata Gigih Prakoso, Direktur Utama PGN saat ditemui di Kementerian BUMN Jakarta, Selasa (12/2).

Pada 2018, PGN tercatat meraih pendapatan US$ 4 miliar dan laba bersih sebesar US$ 150 juta. Kinerja keuangan tahun lalu bisa dibilang meroket dibanding realisasi pada 2017 sebesar US$ 2,97 miliar.

Menurut Gigih, volume penjual gas pada akhir tahun lalu memicu peningkatan pendapatan perusahaan. “Demand gas akhir tahun lalu naik. Volume ya bukan harga yang naik,” ungkapnya.

Pada 2019, PGN mengalokasikan belanja modal atau investasi  sebesar US$ 400 juta. Alokasi anggaran ini sendiri sebenarnya berubah atau mengalami revisi karena sebelumnya PGN mengalokasi belanja modal sebesar US$ 500 juta.

Gigih mengatakan, penyesuaian anggaran investasi disebabkan karena beberapa kegiatan investasi sudah dilakukan pada tahun lalu. “Kan sebagian besar sudah kami selesaikan tahun lalu. Tinggal tambah saja,”  katanya.

Alokasi belanja modal tahun ini diluar dari kebutuhan dana untuk pembangunan jaringan gas rumah tangga.

PGN sebagai subholding gas terus melaksanakan pengembangan infrastruktur yang ditargetkan sampai dengan akhir 2019 total pengelolaan infrastruktur sepanjang 10.547 kilometer (km). Jumlah itu memang meningkat tajam, karena dalam dalam laporannya di semester pertama tahun lalu jumlah panjang pipa PGN baru mencapai 7.540 km.

Dengan kemampuan pipa itu, manajemen juga mematok peningkatan penjualan gas. PGN Group mematok target mampu menggarap lini niaga gas bumi hingga 935 BBTUD.

Sementara dari segmen usaha transmisi gas, PGN Group menargetkan sebesar 2.156 MMSCFD sepanjang tahun 2019. Sedangkan jumlah pelanggan yang akan dikelola PGN direncanakan mencapai 244.043 pelanggan.(RI)