SEMARANG – PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, (PGN), yang di lantai burasa disebut PGAS  memulai  proyek clusterisasi Compressed Natural Gas (CNG) Kawasan Industri Tambak Aji, Semarang. (24/4).  CNG Clustering adalah fasilitas CNG yang dihubungkan dengan jaringan pipa distribusi sebagai penunjang yang akan menghubungkan dengan pelanggan. Model ini merupakan terobosan PGN dalam upaya percepatan penggunaan gas bumi di Jawa Tengah.

 Saat ini calon pelanggan masih mengkonsumsi energi HSD solar, kayu bakar, dan batubara. Nantinya mereka akan menggantinya dengan gas bumi yang lebih ramah lingkungan serta meningkatkan kualitas produk seperti produk F&B, olahan kayu, vulkanisir ban serta farmasi.

 Rencananya, suplai penyaluran gas dengan CNG ini akan disalurkan kepada pelanggan industri di wilayah Tambak Aji serta rumah tangga di perumahan Kliwonan dan Wahyu Utomo. Pasokan CNG akan diangkut dengan truk 40 feet berkapasitas 4.000 kaki kubik. Suplai CNG akan disalurkan melalui PRS (Pressure Reducing Station) yang terhubung dengan pelanggan melalui jaringan pipa sepanjang 5.150  meter. Dengan potensi awal konversi ke gas bumi sebesar 710 ribu kaki kubik per hari yang setara lebih dari 600 kilo liter per bulan pemakaian solar, maka pelanggan dapat menghemat biaya energinya lebih dari Rp 50 Miliar per tahun.

 “Dalam tahap awal ini, sebelum 17 Agustus 2014 kami targetkan gas sudah dapat dinikmati di Jawa Tengah yaitu di kawasan Tambak Aji. Kami memerlukan dukungan para pihak terkait agar tujuan mulia ini dapat terealisasi tepat waktu,” ujar Edy Sukamto, Manager Area Semarang.

 

Adapun penandatanganan kontrak konstruksi telah dilaksanakan oleh General Manager (GM) SBU Distribusi Wilayah II, Wahyudi Anas dengan Direktur Utama PT PGAS Solution, Dilo Seno Widagdo selaku kontraktor proyek, (22/4). Biaya investasi pengerjaan konstruksi clusterisasi CNG beserta pemasangan pipanya adalah sebesar Rp 11 miliar.

 

Dengan dimulainya tahapan konstruksi infrastruktur gas bumi di kawasan Tambak Aji, dapat diartikan bahwa PGN menghidupkan kembali pipanisasi gas yang sudah dilakukannya sejak tahun 1857 sampai dengan 1994 dengan bahan dasar gas dari batubara.

 

Pada masa itu, PGN mengoperasikan jaringan pipa distribusi gas warisan Belanda sepanjang 80 km dan melayani lebih dari 2.000 pelanggan Rumah Tangga serta beberapa pelanggan lain seperti Rumah Sakit Elisabeth, RS Dr. Karyadi, RS Telogo Rejo, RS Panti Wiloso. Di era kemerdekaan saat ini, PGN membuktikan komitmennya untuk memberikan kontribusi lebih besar dengan membangun infrastruktur gas dalam rangka mempercepat konversi BBM ke gas bumi, sehingga gas bumi sebagai energi yang lebih murah dan lebih bersih dari BBM dapat segera dinikmati oleh masyarakat luas.

 

Sesuai dengan amanat PP 37 tahun 1994, PGN mendapat mandat untuk melakukan usaha perencanaan, pembangunan, pengembangan jaringan transmisi, penyaluran dan distribusi gas. Pada tahun 1995 lahirlah konsep Indonesian Integrated Gas Pipeline yang diikuti dengan pembangunan pipa transmisi dan distribusi sepanjang 6.000 km. Sejatinya tahun 2004 PGN telah menuntaskan Feasibility Study pembangunan pipa gas Kalija (Kalimantan-Jawa) dan Transjava (Gresik Semarang dan Cirebon Semarang) yang merupakan bagian dari Indonesian Integrated Gas Pipeline. Sebagaimana diketahui, lelang Hak Khusus terhadap ruas pipa transmisi Kalija dan Gresik – Semarang serta Cirebon – Semarang dimenangkan oleh tiga Badan Usaha yang berbeda sehingga menyulitkan terbentuknya sistem jaringan pipa gas bumi yang terintegrasi.

 

Pembangunan infrastruktur distribusi gas bumi yang merupakan bagian infrastruktur gas bumi terintegrasi di wilayah Jawa Tengah dilakukan dalam tiga tahap. Tahap I yakni wilayah Kendal – Semarang – Demak, Tahap II diantaranya Semarang – Ungaran dan Tahap III akan melalui wilayah Pekalongan – Kudus – Solo Raya. Total panjang pipa yang akan dibangun sekitar 350 km, empat setengah kali lipat dari apa yang telah dibangun di jaman Belanda.

 

Diharapkan daerah-daerah di Jawa Tengah terhubung dengan infrastruktur gas terintegrasi ini. Tujuan utama dari proyek ini adalah untuk meningkatkan pemanfaatan gas bumi domestik dan peningkatan pemerataan akses masyarakat terhadap gas bumi. Adapun realisasinya sangat mendesak mengingat Proyeksi Jawa Tengah akan terjadi kondisi krisis energi yang diperkirakan terjadi pada 2017, sehingga dapat diantisipasi sedini mungkin.   

(Abdul Hamid/duniaenergi@yahoo.co.id)