JAKARTA – Pemerintah mengklaim akan berupaya mendorong pengembangan metan hidrat yang diperkirakan potensi cadangannya mencapai 850 TCF. Namun kebutuhan dana untuk mengembangkannya juga tidaklah sedikit. Hadi Ismoyo, Sekretaris Jenderal Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI), mengatakan jika benar pemerintah mau serius dengan Metan Hidrat maka ada opsi pendanaan yang bisa dieksekusi, yakni petroleum fund atau pendanaan di sektor minyak dan gas bumi.

“Artinya pendapatan dari migas itu ditampung sedikit  1-10 persen untuk pembiayaan. Nanti dikembalikan lagi pada eksplorasi migas seperti ini, sehingga tidak terbebani untuk melakukan riset,” kata Hadi, dalam diskusi virtual, Senin (21/6).

Hingga saat ini pengembangan gas metan hidrat cukup sulit dan kurang ekonomis. Bahkan belum ada sekalipun negara yang berhasil memproduksinya secara komersial.

Menurut Hadi, Jepang dan China sempat memulai mengembangkannya sejak 20 tahun lalu. Namun, hasilnya hingga kini juga belum terbukti menguntungkan secara keekonomian. Sementara pada 2013-2018 negara-negara tersebut telah melakukan uji coba produksi. “Indonesia sejak 2000-an baru survei awal. Kalau serius pemerintah perlu memberikan penelitian lebih lanjut,” kata Hadi.

Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menyatakan pengembangan gas metan hidrat merupakan opsi energi yang lebih bersih jika dibanding dengan minyak bumi dan batu bara. Ekstraksi dan produksi gas metan hidrat dinilai akan mampu menjadi salah satu sumber pendapatan negara dan berperan dalam bauran energi.

Pada penelitian yang dilakukan pada 2004 ditemukan potensi cadangan metan hidrat yang volumenya diperkirakan mencapai lebih dari 850 TCF yang merupakan delapan kali cadangan gas Indonesia yang tercatat saat ini.

“Indonesia perlu segera mengembangkan di mana ekstraksi dan produksinya akan memberikan solusi penyediaan energi baru, menjadi salah satu sumber pendapatan negara, dan dapat berperan dalam bauran energi masa depan Indonesia,” kata Arifin.(RI)