JAKARTA – PT Pertamina (Persero), badan usaha milik negara di sektor energi terintegrasi, akan membeli minyak mentah dari Amerika Serikat pada tahun depan. Setidaknya Pertamina sudah mengantongi pembelian minyak dari Februari hingga Juni 2020.

Hasto Wibowo, Senior Vice President (SVP) Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina, mengatakan tahun ini Pertamina membeli 1,3 juta barel minyak terdiri atas dua kali pengiriman dengan volume minyak 650 ribu barel setiap pengiriman. Sementara tahun depan akan ada lima kali pengiriman minyak dari Amerika dengan volume setiap pengiriman mencapai 950 ribu barel.

“Tahun depan term Februari-Juni 950.000 barel per bulan,” kata Hasto ditemui di sela Pertamina Energy Forum, Jakarta, Selasa (26/11).

Pembelian minyak mentah dari Amerika memang meningkat dari tahun lalu lantaran adanya pemeliharaan kilang atau Turn Around (TA). Nantinya minyak dari Amerika juga akan dipasok untuk memenuhi kebutuhan kilang Cilacap.

Pembelian minyak dari Amerika secara teori memang bisa lebih mahal lantaran jaraknya lebih jauh ketimbang beberapa sumber pasokan minyak lain seperti di Afrika ataupun Timur Tengah. Namun kali ini Pertamina mendapatkan keuntungan karena harga yang dinilai lebih ekonomis lantaran tidak adanya biaya pengangkutan.

Hasto menjelaskan pengiriman dari Amerika bisa memakan waktu 45 hari, sementara dari Afrika bisa mencapai 25 hari dari dari timur tengah bisa sampai 15 hari waktu pengirimannya.

“Poin utamanya adalah menangkap potensi peluang arbitrase. Jadi ketika di sana pasokan banyak, freight cost ditutup karena lebih jauh, ada peluang untuk mereka bisa memasarkan ke far east, Jepang dan South East. Kita kan tinggal membandingkan,” kata Hasto.

Selama ini Pertamina melakukan impor minyak mentah rata-rata mencapai 6,5 – 7 juta barel setiap bulan dengan rincian pasokan terbesar berasal dari Timur tengah yang bisa mencapai 3 juta barel. Sementara sisanya sekitar 4 juat barel dipasok dari berbagai sumber seperti Nigeria, Amerika Serikat maupun Australia.

“Selain dari Amerika, dengan maksimalisasi domestic crude sebenarnya kita tinggal impor light crude dan medium crude, dari Afrika, Nigeria itu dan light crude dari US atau dari Australia. Tinggal itu. Jenis yang lain sudah bisa dipenuhi,” ujarnya.

Sementara untuk impor produk minyak mentah, Pertamina melakukan impor beberapa produk dengan total volume rata-rata per bulan mencapai 11 juta barel. Beberapa produk tersebut adalah produk gasoline seperti Premium, Pertamax Series.

“Premium dan pertamax, gasoline. Tinggal itu aja. 11 juta barel per bulan, itu impornya. Demandnya sekitar 18 juta barel per bulan. Produksi sekitar 6-7 juta barel. 11 juta impor per bulan,” jelas Hasto. (RI)