JAKARTA – Pertamina melalui Subholding New and Renewable Energy PT Pertamina Power Indonesia bakal serius menggarap bisnis amonia yang ditandai dengan pengembangan wilayah kerja panas bumi. Saat ini tahap feasibility study (FS) pengembangan tiga WKP sekaligus sedang dilakukan.

Fadli Rahman, Direktur Perencanaan Strategis dan Pengembangan Bisnis PT Pertamina Power Indonesia, menyatakan salah satu anak usaha PPI yakni Pertamina Geothermal Energy (PGE) tengah mengelola cadangan panas bumi yang lebih dari cukup untuk dikembangkam tidak hanya menjadi uap panas untuk listrik tapi juga green ammonia. Green ammonia sendiri diyakini jadi komoditas yang akan sangat berharga di masa depan. Saat ini fokus FS dilakukan di tiga WKP yang ada di wilayah Sulawesi.

“Rencana ada tiga, Ya itu Lahendong, Tompaso dan Kotamobagu. FS sampai tahun depan,” kata Fadli disela Green Economic Forum di Jakarta, Senin (22/5).

PPI menargetkan PGE sudah bisa memproduksi green ammonia sebelum tahun 2030. Pasar green ammonia nanti juga menurut Fadli sangat potensial. Bahkan Pertamina sudah memiliki tujuan ekspor ammonia yang jelas apabila memang belum mampu diserap untuk kebutuhan domestik.

Jepang akan menjadi tujuan utama ekspor green ammonia Pertamina. Karena diprediksi Jepang nantinya akan memerlukan sekitar 30 juta ton green ammonia per tahun.

“Kalau Jepang akan sangat luar biasa besar katanya bisa sampai 30 juta ton per tahun. dari geothermal jadi green ammonia yang akan kita ekspor ke jepang bekerja sama dengan perusahaan Jepang sana. Itu yang didorong,” jelas Fadli.

Green ammonia adalah amonia yang dihasilkan dari bahan baku non-hidrokarbon dan juga menggunakan sumber energi dari non-hidrokarbon (energi hijau). Salah satu proses produksi green ammonia adalah mereaksikan hidrogen yang dihasilkan oleh elektrolisa air dengan nitrogen yang diambil dari udara. (RI)