JAKARTA – Pemerintah menyiapkan skenario untuk mendukung hilirisasi batu bara. Setidaknya ada empat skenario yang sudah disiapkan sehingga hilirisasi bisa segera diimplementasikan.

Muhammad Wafid Agung, Direktur Bina Program Mineral dan Batu bara (Minerba) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan salah satu syarat utama agar program hilirisasi batu bara terealisasi adalah ada pihak yang menyerap hasil dari hilirisasi tersebut. Dalam strateginya, pemerintah mendorong agar ada integrasi off taker dalam hilirisasi misalnya pada gasifikasi batu bara.

“Juga konversi methanol menjadi DME didekat lokasi pengguna LPG. Misalnya methanol yang diproduksi di Kalimantan dan Sumsel dikonversi menjadi DME didekat lokasi pengguna LPG,” ujar Wafid, belum lama ini.

Selain untuk LPG batu bara sebenarnya sudah bisa menjadi berbagai bahan baku untuk produksi produk yang biasa diimpor, misalnya kokas.

Wafid mengatakan kebutuhan kokas juga cukup besar. Maka pemenuhan kebutuhan kokas bagi smelter dan pabrik baja dari pabrik cokes making dalam negeri.

Ketiga, melalui program pemerintah mengganti LPG dengan menggunakan briket untuk digunakan oleh UMKM. dan skenario keempat, promosi kepada investor baru untuk mengembangkan cadangan batu bara kualitas rendah melalui gasiifkasi.

Proyek gasifikasi batu bara pun ditargetkan sudah mulai beroperasi pada 2025. Berdasarkan data Kementerian ESDM proyeksi sebagai gambaran input batu bara dan output produk hilirisasi yang bisa dihasilkan hingga tahun 2040, total batu bara yang akan dipasok untuk kebutuhan seluruh proyek hilirisasi diperkirakan mencapai 51,46 juta ton. Sedangkan untuk keseluruhan produk hilirisasi yang dihasilkan diproyeksi bisa mencapai 28,43 juta ton.

Wafid mengungkapkan selain hilirisasi, pemeritah juga sedang fokus pada penurunan emisi karbon. Pasalnya, dari total emisi C02 di Indonesia yang mencapai 1,262 Gt, 35% emisi C02 dihasilkan dari pembangkit listrik batu bara.

Upaya yang dilakukan antara lain dengan penggunaan teknologi carbon capture, utilization and storage (CCUS) yang akan mengurangi emisi C02 ke atsmosfer. Atau melalui teknologi pemanfaatan C02 untuk produksi alga maupun injeksi Enhanched Oil Recovery (EOR). Di samping itu, hilirisasi batu bara juga diklaim bisa meningkatkan efisiensi pembakaran di pembangkit listrik.

“Penurunan emisi karbon ini tantangan juga bagi pemanfaatan batubara. karena keinginan adanya green energy yang dipakai,” kata Wafid.(RI)