JAKARTA – Pemerintah kembali mendorong pengembangan Blok East Natuna di perairan Natuna. Saat ini pengelolaan blok tersebut berada di tangan PT Pertamina (Persero).

Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan persiapan pengelolaan Blok East Natuna kembali bergulir, salah satunya dengan meminta Pertamina segera mencari dan menetapkan mitra pengelola.

“Kami lagi siapkan. Iya (cari mitra), itu yang sedang kami cari,” kata Arifin ditemui di Gedung Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Jakarta, Senin (6/1).

Hampir tiga tahun terakhir tidak ada lagi kelanjutan pengembangan Blok East Natuna. Hal ini seiring keputusan ExxonMobil yang sebelumnya merupakan bagian dari konsorsium East Natuna bersama Pertamina dan PTT EP memilih hengkang dan tidak melanjutkan kerja sama. Tidak berapa lama kemudian PTT juga memutuskan keluar dari konsorsium. Alhasil tersisa Pertamina yang kini menjadi andalan untuk mengelola blok yang ditaksir memiliki total cadangan gas sebesar 46 TCF atau empat kali cadangan Blok Masela yang mencapai 10,7 TCF.

Salah satu tantangan berat dalam pengelolaan East Natuna adalah kandungan CO2 yang sangat tinggi mecapai 70%.

Teknologi pemisahan gas ini yang masih belum bisa dikembangkan di dalam negeri sehingga perlu mitra yang sudah berpengalaman untuk lakukan pemisahan CO2.

Djoko Siswanto, Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM mengungkapkan bahwa pemerintah mendorong agar Pertamina memprioritaskan lapangan yang terbukti memiliki cadangan minyak terlebih dulu.

“Kan dua lapangan, satu gas satu minyak kan dan gas yang kandungan CO2nya 70 %, itu nanti dulu dikembangkan ini yang minyak dulu,” ujar Djoko.

Sementara itu, Dharmawan H Samsu, Direktur Hulu Pertamina menyatakan bahwa dalam waktu dekat akan dibahas mengenai mekanisme paling cepat dalam kembangkan East Natuna.

Jumlah cadangan East Natuna juga dinilai terlalu besar jika dikelola sendiri oleh Pertamina, karena itu Pertamina memang harus mencari mitra yang akan digarap secara terpisah-pisah.

“Walaupun kecil tetap kita akan cari mitra, bukan kecil tapi manageable size nya. Yang jelas kemitraan yang punya kemampuan dari sisi teknologi, finansial dan sumber daya manusia,” kata Dharmawan.

Dorongan untuk kembali kembangkan East Natuna sendiri terjadi setelah kondisi di perairan Natuna memanas lantaran masuknya kapal-kapa nelayan China yang melakukan kegiatan di perairan indonesa dalam beberapa hari terakhir.(RI)