JAKARTA – Pemerintah dan para stakeholder terkait harus segera menindaklanjutai hasil temuan potensi cadangan migas dalam jumlah besar di sekitar wilayah Andaman, Aceh. Salah satu yang harus segera dipersiapkan adalah ketersediaan market.

Hadi Ismoyo, Sekretaris Jendral Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI), mengungkapkan perjalanan temuan cadangan migas di Andaman masih panjang. Jika informasi size volume P1 sudah cukup maka akan di lakukan rencana pengembangan atau Plan of Development (POD), jika itu POD Gas maka sebelum GoI approve harus di cari dulu marketnya ada apa tidak. Kalau ada berapa harganya, ekonomik apa tidak dengan harga tersebut.

“Market terdekat ada di Aceh dan Sumatra Utara. Jika itu minyak relatif mudah. Tinggal menghitung cadangan pasti P1 berapa, dengan harga minyak rata2 berapa, kemudian di hitung Capex dan Opex selama pengembangan, ekonomik apa tidak,” kata Hadi kepada Dunia Energi, Selasa (26/7).

Wilayah Kerja Andaman sendiri terdiri dari tiga Blok, yaitu Andaman I yang dikelola Mubadala Petroleum RSC Ltd dengan hak partisipasi 80% sementara Premier Oil 20%.

Andaman II oleh Premier Oil dengan participating interest sebesar 40% sekaligus menjadi operator, BP 30 persen dan Mubadala Petroleum 30%. Berikutnya Andaman III oleh Repsol Andaman BV dengan partner perusahaan asal Malaysia yakni Petronas.

Menurut Hadi, IATMI juga menilai wilayah Andaman cukup prospektif. Saat ini pekerjaan yang harus diselesaikan adalah memastikan jumlah cadangan terbukti yang siap diproduksikan.

“Segera melakukan pemboran lanjutan yg disebut pemboran deliniasi well. Untuk menentukan batas batas reservoir dan batasan kandungan migas di sana yg lebih menuju kepastian,” ungkap Hadi.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengklaim bahwa Indonesia memiliki potensi temuan minyak dan gas bumi (migas) yang cukup besar bahkan bisa dikatakan sebagai salah satu yang terbesar di dunia yakni di laut Aceh khususnya Blok Andaman II dan Blok Andaman III.

Premiere Oil dan Repsol jadi dua kontraktor yang mengelola dua blok di wilayah Andaman itu. Premier Oil selaku operator Blok Andaman II yang terletak 150 km lepas pantai Aceh temukan cadangan migas.

Tutuka Ariadji, Dirjen Migas, Kementerian ESDM, sebelumnya mengatakan wilayah Andaman kemungkinan bisa masuk dalam area giant discovery yang berpotensi menjadi temuan cadangan migas terbesar dunia. Terutama jika Repsol selaku operator Blok Andaman III kembali mengulang kesuksesan yang dilakukan oleh Premier Oil di Andaman II.

“Blok Andaman III kan oleh Repsol, kalau ini ketemu juga ini bisa menjadi penemuan besar dunia. Kalau di sana ketemu, menyebarnya ke Thailand karena arahnya ke sana jadi luar biasa kalau ada,” katanya.

Tutuka mengatakan potensi sumber daya untuk Blok Andaman II sendiri rata rata sekitar 6 Trillion Cubic Feet (TCF). Ia pun optimistis jika potensi sumber daya Blok Andaman III tidak akan jauh dari potensi Andaman II.

“Sekarang discovery ini gak ada yang besar. Kalau dia nanti ketemu besar (Andaman). Ini kan ngebor setelah sumur Timpan (Andaman II), satu nanti sumur Rencong (Andaman III) itu akan kita lihat,” kata Tutuka. (RI)