JAKARTA – Pemerintah akan membangun fasilitas khusus dalam bentuk Coal Processing Plant (CPP) yang menjadi pusat untuk melakukan pengolahan batu bara sehingga bisa mencampur batu bara berkalori tinggi dengan kalori rendah agar bisa digunakan pembangkit listrik manapun.

Rida Mulyana, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan CPP akan menjadi jawaban keterbatasan kemampuan pembangkit dalam menyerap batu bara berdasarkan kadar kalorinya. CPP bisa menjadi jalan keluar atas masalah kekurangan pasokan yang kerap dialami pembangkit listrik ketika masuk musim penghujan.

“Di dalamnya memungkinkan adanya fasilitas blending antara high calori dan low calori. Itu bisa diterima broiler yang ada. Jadi ada efisiensi pengadaan. yang high calori kan susah banget, yang low juga susah pasarnya. Medium ini yang menjadi rebutan. Nah, ini bisa di-blend sebenarnya,” kata Rida, Rabu (27/1).

CPP juga bisa menjadi stock pile untuk mengamankan stock seluruh pembangkit ketika masuk musim hujan. Sayang Rida belum mau membeberkan kapan rencana tersebut bisa terealisasi.

“Ini bisa juga menjadi stok pile untuk keseluruhan, tanpa harus menunggu pasokan. Jadi kedepan enggak end to end, satu-satu. Nah, jadi dari pada nyari  kesana kemari. Kalau ada satu hub, terus satu ini disebar ke PLTU sesuai pesenannya. Jadi kalau urgent, ini bisa ditutup. Jadi rantai pasok enggak tergantung,” ungkap Rida.

Pasokan batu bara untuk pembangkit listrik kembali menjadi masalah di awal tahun ini lantaran cuaca ekstrem yang sebabkan adanya potensi listrik terganggu. Pemerintah para pelaku usaha harus bertanggung jawab memenuhi kebutuhan pembangkit listrik baik milik PLN maupun milik Independent Power Producer (IPP).

Rida mengungkapkan cuaca ekstrem kali hingga menyebabkan banjir di Kalsel tidak diantisipasi oleh PLN dan pembangkit listrik swasta dalam mengamankan pasokan sebab tidak terprediksi. Namun, pemerintah menjamin pasokan batu bara untuk PLN tidak akan seret dengan meminta pasokan dari penambang di wilayah yang tidak kebanjiran seperti di Kalimantan Timur dan Sumatera Selatan. Karena itu, dia meyakini pasokan listrik hingga Maret akan aman dan tidak ada pemadaman bergilir.

“Sampai 31 Januari yakin enggak ada kekurangan pasokan listrik. Dari sisi pemasok dari produsen batu bara berkomitmen tinggi, yakin di Februari juga tidak ada sampai krisis. Artinya listrik nyala terus, mudah-mudahan enggak ada. Begitupun dengan Maret,” kata Rida.(RI)