JAKARTA – Pemerintah menerapkan sistem aggregator sebagai pendekatan baru dalam membina dan mengakselerasi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) agar naik kelas. Dengan konsep ini, pembinaan UMKM tidak lagi dilakukan satu per satu melainkan dengan menciptakan ekosistem bisnis yang mampu mengatasi berbagai persoalan yang kerap ditemui pelalu usaha seperti biaya logistik yang mahal dan kesulitan menembus pasar ekspor. PT Pertamina (Persero) memiliki program yang mendukung kebijakan pemerintah tersebut berupa Pertapreneur Aggregator Program.

“Pelaku UMKM didorong bermitra dengan usaha besar agar UMKM tergabung dan masuk dalam rantai produksi global (global value chain) untuk meningkatkan peluang UMKM naik kelas. Selama ini, biaya logistik berkontribusi 83,5% dari total biaya produksi. Pemerintah terus mendorong agar UMKM memasuki rantai pasok dengan mengkoneksikan para pelaku usaha dalam sistem aggregator. Dengan demikian, pembinaan UMKM ke depan tidak lagi dilakukan satu per satu,“ kata Teten Masduki, Menteri UMKM dan Koperasi di Jakarta beberapa waktu lalu.

Pertamina tengah menyelenggarakan Pertapreneur Aggregator Program sebagai ruang sinergi UMK agar mitra binaan yang selama ini mendapatkan pinjaman murah dari Dana Kemitraan. Peserta program ini sebanyak 100 UMK yang telah melewati proses kurasi dari 200 lebih peserta UMK Academy 2022. Mitra binaan yang terpilih menjadi aggregator akan merangkul UMK lain dalam rantai bisnis yang dikembangkannya.

Sementara itu, Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina, meresmikan kick off UMK Academy dan Pertapreneur Aggregator pada Agustus 2022. Pertamina berharap mitra binaan yang menjadi pertapreneur aggregator tidak hanya memiliki brand yang kuat tetapi memberikan manfaat pula bagi UMK di sekitarnya. Selain itu, Pertamina mendorong inovasi yang dapat mendukung mitra binaan mendapatkan dan memiliki entrepreneurial value. Pertamina menginisiasi kolaborasi UMK satu dengan UMK atau mitra lain dalam pengembangan usaha yang saling menguntungkan.

Pengembangan industri UMK dapat dipercepat dengan fokus memberi dukungan pada peningkatan empat karakteristik yakni kepercayaan, petumbuhan, daya saing dan kolaborasi. Pertamina menumbuhkan tingkat percaya diri UMK dengan mendukung kemudahan berbisnis dan mempromosikan entrepreurial mindset. Untuk pertumbuhan, Pertamina memfasilitas akses ke pasar global dan memberikan bantuan teknis yang dapat mendorong inovasi dan produksi finansial untuk ekspansi.

Pertamina juga berupaya menciptakan UMKM berdaya saing global dengan menyediakan infrastruktur bisnis serta secara aktif mendukung produktivitas dan penetrasi teknologi. Selain itu, BUMN energi terintegrasi ini mendukung UMKM saling berkolaborasi menggabungkan kekuatan sebagai kunci sukses di pasar domestik maupun global.

Denny Kurnia, Konsul Jendral Indonesia di Shanghai, mengungkapkan pasar Tiongkok merupakan potensi yang bisa dimanfaatkan UMKM yang dibina Pertamina. Namun, apabila ingin sukses mengekspor ke negara itu, perusahaan harus memperhatikan kapasitas suplai yang dimilikinya. “Karena pengekspor dengan suplai sedikit akan menjadi tidak efisien. Market kebutuhan dan permintaan selangit karena pasarnya besar. Kalau sedikit, tersendat suplainya, tidak akan prospektif,“ ujarnya.

Dia menuturkan Pertamina dapat mengikutkan UMK binaannya dapat mengikuti tata cara yang sudah ada, seperti memanfaatkan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC). “Bisa berkoordinasi dengan yang ada di Shanghai, atau atase perdagangan, mereka akan punya daftar orang-orang yang biasa memfasilitasi, semacam agen. Untuk bisa masuk pasar Tiongkok dengan ribuan distributor maka paling mudah dengan agen. Mereka menarik fee, tapi tidak apa-apa,” ungkapnya.

Barang apapun kalau unik bisa diterima pasar Tiongkok. Menurut Denny, produk UMK yang memiliki prospek adalah makanan atau perhiasan yang unik. Untuk kain atau barang kerajinan agak susah diterima masyarakat karena harga di Tiongkok lebih kompetitif. “Jadi, keberhasilan ekspor menyangkut produk UMKM harus dalam satu tim besar, dalam satu tim skala produksi besar yang unik. Tidak perlu kuatir, kalau produknya unik, tidak ada kompetitor maka barang akan laku,“ kata dia.

Ridwan Hasan, Duta Besar Indonesia untuk Qatar, mengatakan pasar Timur Tengah sangat potensial untuk ditembus produk UMKM. Dia menambahkan produk yang dapat diterima pasar Qatar dapat berupa perhiasan, makanan dan minuman, produk kayu, kosmetik atau peralatan kesehatan dan hospitality. “Celah masuk lewat pameran-pameran. Namun, untuk masuk ke pasar Timteng membutuhkan strategi yang matang karena menyangkut biaya logistik yang mahal,“ katanya. (RI)