JAKARTA – Industri hulu migas dipastikan tetap akan berbicara banyak terhadap perkembangan ekonomi nasional. Upaya peningkatan produksi migas harus terus digenjot karena ke depan migas bukan lagi sekedar untuk bahan bakar tapi justru akan dioptimalkan menjadi bahan baku industri.

Sugeng Suparwoto, Ketua Komisis VII DPR RI, menyatakan orientasi pemanfaatan migas ke depan mulai bergeser. Untuk kegiatan pencarian dan produksi migas jangan sampai berhenti. Menurut dia salah satu pemanfaatan utama migas adalah untuk kebutuhan petrokimia (Petrochemical).

“Kita akan orientasikan produk migas untuk petrochemical industri. Ini lah bagaimana di midstream kita tidak hanya mengolah crude menjadi bbm tapi petrochemical. Apa yang ada di ruangan ini kurang lebih dari petrochemical,” kata Sugeng disela pembukaan hari kedua Forum Kapasitas Nasional II di JCC, Jakarta, Kamis (28/7).

Salah satu produk turunan migas yang sangat krusial adalah paracetamol atau obat-obatan. Menurut Sugeng sejauh ini impor bahan-bahan paracetamol masih cukup besar padahal kebutuhannya terus juga tidak sedikit. Ini harus bisa ditutupi caranya dengan peningkatan produksi migas. “Kebutuhan impor petrokimia kita mencakup 40% total volume ekspor adalah produk petrokimia industri ada turunan dari gas dan minyak. Misalnya paracetamolnya. Ini produk petrochemical turunan dari gas,” ujar Sugeng.

Menurut dia kapasitas nasional industri hulu migas harus bisa menjawab kebutuhan migas yang besar. Momentum tersebut bisa dimanfaatkan dengan mempercayakan kemampuan perusahaan lokal dalam kegiatan operasi hulu migas.

Sementara itu Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas, menekankan, di Forum Kapasitas Nasional akan terjadi pertukaran informasi, pengetahuan dan peluang kerja sama yang bisa dilakukan ke depan. Forum Kapnas II 2022 juga akan menjadi ajang diskusi untuk mencari solusi atas berbagai hambatan dan tantangan yang mungkin dihadapi para pemangku kepentingan industri hulu migas, terutama pelaku usaha yang terlibat sebagai penunjang industri hulu migas.

Menurut Dwi, pelaku usaha jelas berperan dalam mendukung pengembangan industri hulu migas. Realisasi keterlibatan pelaku usaha lokal hingga kini saja sudah menunjukkan bahwa hulu migas jadi salah satu sektor yang paling berkontribusi maksimal dalam pengembangan potensi dalam negeri.

Nilai kontribusi industri migas terhadap industri lain pada periode 2020-Juni 2022 mencapai Rp174,53 triliun. Angka ini jauh melampaui nilai kontrak komoditas utama migas sendiri yang sebesar Rp141,2 triliun.

SKK Migas kata Dwi menyaksikan bagaimana industri hulu migas menimbulkan dampak berganda terhadap perekonomian daerah. Pelaku industri penunjang makin banyak yang berkembang.

“Banyak pabrikan lokal yang berhasil mengembangkan kapasitas dan kemampuan, dari yang tadinya importir kemudian menjadi produsen dan memasok barang ke KKKS. Beberapa diantaranya sukses menembus pasar global. Mereka mempekerjakan ratusan pekerja lokal dengan keahlian tinggi,” kata Dwi.