JAKARTA – PT Vale Indonesia Tbk (INCO) akhirnya mulai menemukan secercah harapan terkait pasokan gas yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan smelter yang saat ini tengah dibangun untuk proyek tambang nikel di Bahadopi.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan salah satu perusahaan yang kemungkinan besar memasok kebutuhan gas smelter Vale nantinya adalah BP yang memiliki fasilitas pengolahan LNG di Papua.

Irwandy Arif, Staf khusus Menteri ESDM bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara, mengungkapkan kemungkinan Vale bisa mendapatkan gas untuk smelternya dari kilang LNG Tangguh, milik BP di Papua. “Katanya lagi proses dengan Tangguh,” kata Irwandy ditemui di Kementerian ESDM, Jumat (3/3).

BP sendiri sekarang sedang mengejar penyelesaian proyek Tangguh Train 3 yang terus mengalami kemunduran sejak tahun 2020 lalu. Pemerintah meminta BP bisa selesaikan proyek tersebut minimal pada semester I tahun ini. Train 3 sendiri sebenarnya sudah memiliki konsumen utama yakni PLN. LNG dari Train 3 sebagaian besar nantinya akan dipasok memenuhi kebutuhan gas PLTGU Jawa 1 atau sekitar 75%.

Selain PLN, juga telah dialokasikan sebesar 20 MMSCFD untuk kebutuhan listrik wilayah Papua Barat. Kemudian BP juga memiliki konsumen yang sudah menandatangani kontrak pembelian, yakni Kansai Electric Power Company dari Jepang

Vale sendiri sudah mulai menggarap proyek tambang nikel di Bahadopi melalui PT Bahodopi Nickel Smelting Indonesia (PT BNSI) perusahaan patungan dengan mitranya Taiyuan Iron & Steel (Group) Co Ltd (Taigang) dan Shandong Xinhai Technology Co Ltd.

Nantinya, smelter yang akan dibangun di Sambalagi akan menggunakan teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF). Didukung sumber listrik dari gas alam, akan menjadi pabrik yang andal, hemat energi, dan ramah lingkungan.

Pembangkit listrik gas alam akan menjadi kontributor utama untuk mengurangi emisi karbon dari keseluruhan operasi proyek ini. Pengurangan emisi karbon telah menjadi bagian dari peta jalan keberlanjutan PT Vale, dengan target pengurangan emisi karbon hingga 33% pada tahun 2030.

Vale dan mitra mengalokasikan total biaya investasi hingga Rp37,5 triliun dengan kapasitas produksi 73 ribu ton per tahun.