JAKARTA – Pemerintah kembali merevisi target penyelesaian megaproyek pembangkit listrik 35 ribu megawatt (MW). Awalnya proyek yang dimulai 2015 itu ditargetkan rampung pada 2019, namun kemudian diundur menjadi 2025-2026. Kini target penyelesaian kembali diundur menjadi 2028. Jisman Hutajulu, Direktur Pembinaan Program  Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan tidak ada niat pemerintah untuk menghentikan proyek 35 ribu MW. Saat ini pemerintah hanya menyesuaikan penyediaan pembangkit listrik yang dibangun dengan jumlah kebutuhan listrik.

“Pada 2017 itu kan penambahan pembangkit di RUPTL 78 gigawatt (GW), lalu karena melihat demand-nya tidak ada dan faktor pertumbuhan ekonomi. Dulu kan 7,3% pertumbuhan, sehingga 78 GW, sekarang 2018 kemarin dari 78 GW menjadi 56 GW, turun. Bukan turun, tetapi jadi beyond 2025 begitu ya. jadi itu digeser, bukan dibatalkan,” kata Jisman di Jakarta, Selasa (2/7).

Menurut Jisman, Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2019-2028 menetapkan jumlah penyediaan listrik hampir 56 GW. Untuk itu rencana penyediaan pembangkit yang direncanakan sebelumnya, jadwal penyelesaiannya digeser atau disesuaikan.

“Ada yang digeser sesuai dengan pertumbuhan di subsistem yang ada. Dengan begitu ada pergeseran dan ada sebagian CoD 35 GW itu bisa 2028,” ungkap Jisman.

Hingga pertengahan Juni 2019, pembangkit listrik yang termasuk dalam bagian 35 ribu MW dengan jumlah pembangkit sebanyak 360 unit yang sudah beroperasi baru 10% atau sekitar 3.617 MW atau 119 unit pembangkit.  Kemudian yang termasuk tahap konstruksi sudah 20.120 MW atau 57% terdiri dari 117 unit pembangkit. Sebanyak 60 unit atau 27% dengan kapasitas 9.515 MW sudah berkontrak jual beli listrik, tapi belum konstruksi.

Sebanyak 4% terdiri dari 34 unit pembangkit setara dengan kapasitas sebesar 1.453 MW. Baru masuki tahap pengadaan. Lalu pembangkit dengan kapasitas total 734 MW terdiri dari 30 unit atau 2% dari target baru masuki tahap perencanaan. Serta yang belum menandatangani kontrak PPA dengan total kapasitas 2.187 MW atau terdiri 64 unit pembangkit listrik.

Produsen listrik swasta (Independent Power Producer/IPP)  menjadi kontributor utama dalam proyek ini dengan total kapasitas pembangkit yang dibangun sebesar  26,6 ribu MW atau terdiri dari 193 unit pembangkit. PT PLN (Persero) mendapat jatah membangun 167 unit pembangkit listrik dengan total kapasitas sebesar 8,8 ribu MW.

Untuk jatah pembangkit listrik yang dibangun IPP sudah tidak ada lagi yang ada dalam tahap perencanaan dan pengadaan, melainkan hanya proses  konstruksi dan sudah memiliki kontrak hanya belum konstruksi.

Menurut Jisman, tahap penyelesaian pembangkit listrik untuk 2020 ditargetkan selesai pembangkit dengan total kapasitas 9,422 MW. Pada 2021 sebesar 5.360 MW dan setahun kemudian sebesar 4.033 MW. Setelah itu berturut-turut masuk mulai 2023-2028 sebesar 3.907 MW, 3.592 MW, 1.275 MW, 200 MW, 505 MW, dan 835 MW.

Untuk enam pembangkit listrik baru dalam proyek 35 ribu MW tahun ini ditargetkan rampung adalah PLTU Kalsel FTP 2 dengam kapasitas 100 MW, PLTA Air Putih di Bengkulu dengan kapasitas 21 MW, PLTSa Sukawinantan di Sumatera Selatan dengan kapasitas 0,5 MW. Lalu ada PLMG Maumere yang dibangun oleh PLN dengan kapasitas 40 MW, PLTU Jawa 7 di Banten sebesar 1.000 MW serta PLTU Jawa 8 (Cilacap ekspansi) dengan kapasitas 1.000 MW.(RI)