JAKARTA – Mitra binaan PT Pertamina (Persero) yang menjadi pemenang Pertarpeneur Aggregator Program 2022 bertekad terus berkolaborasi dengan UMKM lain mengembangkan produknya untuk menembus pasar internasional dan domestik. Caranya dengan memperkuat pemasaran lewat digital marketing dan peluncuran lini bisnis baru yang sesuai dengan kondisi pasar yang dituju.

“Salah satu kekuatan yang dikembangkan Asia Garment adalah penggunaan digital marketing sebagai sarana penjualan yang saat ini belum menjadi perhatian serius UMKM lain. Selain itu, kami berkolaborasi dengan UMKM lain dalam memenuhi pesanan buyer. Kolaborasi selain membantu meningkatkan kapasitas produksi, meningkatkan omzet, juga menjadi lebih efisien dari segi waktu dan harga,“ kata Nurhayati Aisyah, Direktur Asia Garment Internasional, Kamis (22/12).

Asia Garment menjadi juara pertama Pertapreneur Agregator Program 2022 yang digagas Pertamina dan diumumkan saat penutupan SMEXPO Pertamina. Sementara juara kedua disabet pemilik usaha Bali Honey Ismail Marzuki dan pemenang ketiga pemilik usaha Bakmi Mbah Hardjo Bambang Tri Mulyono. Meeta Fauzan dari CV Almira menjadi juara harapan pertama sementara juara harapan dua diraih Ni Made Roni dari Made Tea.

Aisyah mengaku masih membutuhkan berbagai sertifikasi untuk memenuhi permintaan dari pasar internasional. Dia berharap Pertamina terus mendukung UMK mitra binaannya mendapatkan berbagai sertifikasi. “Pembinaan melalui program mentoring yang terus menerus juga sangat bermanfaat bagi kami dan mudah-mudahn program dilaksanakan secara berkelanjutan sehingga membantu UMKM menjadi makin berkembang,“ tutur Aisyah.

Sebagai pemenang Pertrapreneur Aggregator, Nurhayati sekaligus akan menggarap pasar ekspor dan pasar domestik. Untuk konsumen di dalam negeri, Asia Garment akan mengembangkan produk di segmen pasar baju muslim wanita. “Pertimbangan utamanya adalah dengan mayoritas penduduk Muslim yang besar, ceruk pasarnya masih sangat luar biasa,“ katanya.

Ismail Marzuki, pemilik usaha Bali Honey, menuturkan saat berpartisipasi pada salah satu ajang pameran internasional, dia ditemui calon buyer dari Timur Tengah yang meminta dikirimkan madu sebanyak dua kontainer ukuran 40 feet setiap bulan. “Terus terang saya belum bisa menjawabnya. Ini tantangan ke depan kalau saja dibimbing Pertamina dan kami diberikan fasilitas untuk tumbuh bersama maka bukan tidak mungkin sebelum 2028 Bali Honey sudah bisa menjawab peluang ekspor karena madu Indonesia sudah terkenal dengan keanekaragaman rasa, warna dan sebagainya. Tidak semua negara punya itu,“ katanya.

Bali Honey memiliki corporate brand “Honey Republic“. Pada 2022, di bawah bimbingan Honey Republic sudah ada 5 role model yang mencontoh kesuksesan Bali Honey. “Dari 5 role model tahun depan kami sudah memiliki sekitar 30 role model dan diakhir 2028 diharapkan bisa memiliki sektiar 400 role model yang sudah bisa memberikan kontribusi 5.200 ton madu per tahun sehingga defisit madu indonesia sekitar 6.700-an ton per tahun bisa terpenuhi di dalam negeri,” ungkap Ismail.

Dia mengatakan kebutuhan madu dalam negeri sangat tinggi. Saat ini, sebagian kebutuhan madu banyak dipenuhi impor. Madu impor tersebut harganya mahal sementara daya beli masyarakat Indonesia masih rendah sehingga bermunculan madu palsu yang berisiko terhadap kesehatan. “Pada sisi lain, banyak sekali pemburu madu di hutan maupun peternak kesulitan menjual produk madu. Harga mereka rendah tapi tidak terserap pasar. Setelah kami teliti masalahnya mereka memproduksi madu di bawah standar nasional SNI 8664 2016 yang akibatkan madu cepat rusak. Honey Republic punya standar mutu yang bisa diikuti supaya peternak lebah binaan bisa scale up bisnis dan menjual dengan standar baku. Ini bakal berdampak positif terhadap suplai madu di Indonesia yang berasal dari produk lokal,” katanya.

Fajriyah Usman, Vice President CSR & SMEPP Pertamina mengatakan bahwa diperlukan UMKM aggregator untuk bisa menjadi network collaboration dari mitra binaan pertamina sebagai upaya percepatan pertumbuhan industri UMKM di Indonesia serta mendorong dan meningkatkan kapasitas SDM melalui digitalisasi. “Kolaborasi yang dilakukan antar mitra binaan diharapkan bisa dirancang secara matang sehingga benar-benar menguntungkan kedua belah pihak baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang,” ujar Fajriyah.

Melalui Program Pendanaan UMK, lanjut Fajriyah, Pertamina senantiasa menghadirkan energi yang dapat menggerakkan roda ekonomi nasional maupun lokal. Energi yang menjadi bahan bakar, serta energi yang menghasilkan pertumbuhan berkelanjutan serta berupaya terus mendorong setiap mitra binaan menjadi UMK naik kelas dan go global.

“Pertamina juga senantiasa mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) melalui implementasi program-program berbasis Environmental, Social, and Governance (ESG) di seluruh wilayah operasionalnya. Hal ini merupakan bagian dari Tanggung Jawab Lingkungan dan Sosial (TJSL), demi mewujudkan manfaat ekonomi di masyarakat,” katanya. (RI)