MEDAN – Dalam 20 tahun ke depan, Indonesia menuju transisi energi baru terbarukan (EBT). Sebagai bagian dari warga dunia, Indonesia terus berupaya mengakselerasi transisi menuju ekosistem EBT baik untuk kendaraan maupun pembangkit energi.

Erick Thohir, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), mengungkapkan tetap harus diperlukan kehati-hatian dalam melakukan transisi energi.

“Bagaimanapun proses transisi energi ini perlu dilakukan secara cermat. Kita tidak ingin keputusan yang gegabah justru membawa kita pada situasi yang harus kita hindari. Krisis energi sedang terjadi di eropa saat ini, proses transisi yang gegabah dan tanpa perhitungan yang matang antara kebutuhan dan supply nasional bisa menghambat laju pertumbuhan ekonomi. Itu pun, bisa terjadi di Indonesia sebagai negara yang sedang tumbuh-tumbuhnya,” ujar Erick dalam 2nd Northern Sumatera Forum, Jumat (28/10).

Lebih lanjut Erick menegaskan agar Indonesia jangan hanya menjadi konsumen energi bersih atau sekedar menjadi produsen sehingga tergantung dengan supply chain. “Kita harus bisa memastikan mandiri dan justru membangun ekosistem kita di mana mereka dan kita saling menguntungkan tetapi tentu kita yang menentukan daripada transisi ini,” kata Erick.

Menurutnya pemerintah terus memacu kinerja produksi minyak nasional untuk mengurangi ketergantungan impor dan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat saat ini. Di sisi lain Pertamina tengah berkolaborasi para pemain Migas Global dan Pengembangan teknologi carbon capture and storage untuk menanggulangi emisi karbon pengguna energi fosil.

“Dalam proses menuju transisi, BUMN sebagai penggerak sepertiga perkembangan nasional berperan sebagai penopang ekosistem tersebut,” ungkap Erick.

Pemerintah telah menargetkan untuk mewujudkan transisi energi bersih dengan menurunkan hingga 29% hingga pada tahun 2030 atau 2040 sesuai dengan blueprint. BUMN, lanjutnya, juga telah mendorong inisiatif strategis untuk mendukung upaya dekarbonisasi menuju Indonesia Net Zero Emission di tahun 2060. Antara lain, Renewable Development melalui energy transition mechanism dimana terdapat program percepatan pergantian dini PLTU Batu Bara dan upaya peningkatan kapasitas energi terbarukan termasuk tenaga panas bumi, surya, bayu dan hydro.

“Kami melakukan pengambangan bisnis ekosistem electric vehicle (EV) melalui penyiapan bahan baku industri baterai EV yang menjadikan Indonesia sebagai pusat manufacturing EV dan investasi. Kita terus membangun ekosistem baterei EV apakah Recycle Battery maupun Charging Station,” jelas Erick.

Sementara itu, Rikky Rahmat Firdaus, Kepala Perwakilan SKK Migas Sumbagut mengatakan SKK Migas mendukung upaya pemerintah melakukan transisi energi, namun juga tetap terus melakukan eksplorasi karena energi masih sangat penting dan dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan energi secara nasional.

“Transisi energi dibutuhkan dan salah satu isu global yang mempengaruhi industri hulu migas, SKK Migas memposisikan diri mendukung transisi energi,” kata Rikky. (RI)