Walaupun sebentar, kesan pertemuan di kedai kopi malam itu terasa sangat mendalam. Tempatnya istimewa. Barista dan beberapa stafnya istimewa: penyandang tuna rungu. Mereka lebih senang disebut teman tuli. Nama café-nya Kedai Kopi Teman Istimewa, yang berlokasi di Jl Istiqomah, Kelurahan Lemah Mekar, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu.
Saat kami menyambangi café itu, di Jumat (17/10) malam, suasana kedai kopi Teman Istimewa lebih ramai dari biasanya. Suasana semakin seru dan penuh tawa saat Muhammad Fachri, karyawan Kopi Teman Istimewa, dadakan menjadi juru bahasa isyarat dan mengajarkan sapaan sederhana seperti “halo”, “terima kasih”, “selamat siang” dan sebagainya serta abjad dalam Bahasa Isyarat Indonesia (Basindo) versi lokal Jawa Barat – dari huruf A sampai Z. Sebagai catatan, Basindo di tiap daerah sedikit bervariasi namun dapat dimengerti oleh sesama penderita tuli.
Para pengunjung dengan antusias menirukan gerak jari berdasarkan Basindo tersebut. Mereka ditantang untuk memperagakan bahasa isyarat itu untuk membentuk nama masing-masing. Banyak yang berhasil walaupun baru belajar beberapa menit, walaupun agak tersendat.
Reza Faidhil Fitriansyah, Community Development Officer RU VI Balongan, menuturkan Kedai Kopi Teman istimewa lahir dari Program Pemberdayaan Inklusi Teman Istimewa (PERINTIS) yang diinisiasi oleh PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Refinery Unit (RU) VI Balongan. Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) ini ingin memberikan pemberdayaan bagi teman tuli lewat upaya penciptaan ruang inklusi, kesempatan kerja, serta keterlibatan dalam mengatasi permasalahan lingkungan.
Dia menambahkan program PERINTIS dilatarbelakangi oleh adanya data penyandang disabilitas di Indramayu yang mencapai ribuan. Pada 2022, menurut data BPS terdapat 1.792 penyandang disabilitas dengan berbagai jenis. Ratusan di antaranya adalah penderita tuna rungu. Sebanyak 119 orang penyandang diabilitas tersebut tergabung dalam komunitas Gerakan Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia (Gerkatin).
Gerakatin kerap melakukan advokasi agar diabilitas mendapatkan hak dan akses yang sama seperti warga negara lain terhadap infrastruktur, lapangan pekerjaan, atau media informasi yang ramah dengan kelompok tuna rungu wicara. Menjawab kebutuhan tersebut, PT KPI RU VI Balongan bekerja sama dengan Sekolan Luar Biasa Negeri (SLBN) Mutiara Hati, Indramayu, menggagas program pemberdayaan yang menyasar teman tuli sehingga lahir program PERINTIS pada 2022.
Milla Suciyani, Pjs Corporate Secretary KPI, mengungkapkan fakta bahwa rekan-rekan tuna rungu ternyata termasuk yang paling jarang diperhatikan dibandingkan penyandang disabilitas lainnya. “Sedari kecil teman-teman tuli ini kehilangan proses belajar yang bersifat verbal jadi mereka itu sulit mengetahui baik dan benar bagaimana, serta norma-norma yang ada seperti apa,” tuturnya.
Program PERINTIS menyasar para penyandang disabilitas atau teman istimewa yang mengangkat isu-isu disabilitas terkait kesetaraan, keterbatasan akses lapangan kerja dan ruang pemberdayaan yang inklusif. Melalui program ini, kata Reza, PT KPI ingin mengedukasi masyarakat tentang pentingnya inklusifitas dan kesadaran untuk memberikan kesempatan nyata bagi individu penyandang disabilitas untuk kembali berfungsi secara sosial dan mencapai kemandirian ekonomi.
Program kegiatan dimulai dari peningkatan kapasitas teman tuli melalui sistem pembelajaran vokasi di SLB, Pelatihan Barista Kopi, Program Magang Barista, kemudian menginisiasi kafe “Kopi Teman Istimewa”, penciptaan ruang inklusi, hingga workshop inklusif yang melibatkan masyarakat sekitar. Kafe itu memberdayakan 8 orang teman tuli sebagai barista kopi. Kedai Kopi dipilih karena kopi merupakan ruang publik yang menjadi titik temu bagi berbagai lapisan masyarakat dan berbagai jenis pekerjaan.
Reza menambahkan program ini dapat berhasil karena keterlibat beberapa local hero. Sespri Maulana (34 tahun), local philanthropist, sangat bersemangat dalam mendorong teman tuli untuk tampil dengan kreatifitas dan prestasi yang selama ini tidak dilihat masyarakat, menginisiasi terciptanya ruang kolaborasi inklusi untuk mendorong kepercayaan dari teman tuli.
Selain itu, ada Carnoto (20 tahun) yang merupakan generasi baru local hero. Carnoto, kata Reza, meripakan “si serba bisa” walaupun kesulitan yang dialami bukan soal pendengaran saja. “Dia menderita kemiskinan yang paling mengganggu dirinya. Namun, ternyata keterbatasan bukan penghalang baginya sehingga terus mengembangkan potensi diri untuk mencapai kesuksesan. Cita-citanya mulia ingin membelikan rumah untuk orangtuanya,” paparnya.
Sosok lain yang menonjol dalam programini adalah Sepudin (32 tahun) yang dianggap sebagai Sociopreneur Istimewa. Saefudin menderita double disability yakni tuli dan retinitis pigmentosa sehingga jarak pandangnya sangat terbatas. Namun, kondisi itu tidak menyurutkan semangat untuk terus mengembangkan kreativitas dan jiwa usahanya. “Dia menjadi sosok yang menginspirasi untuk komunitasnya. Semua ilmu yang diperoleh di sekolah dan Teman Istimewa dia terapkan untuk berwirausaha sesuai dengan cita-citanya untuk punya warung kopi sendiri dan menginspirasi teman-temannya untuk mandiri,” ungkap Reza.
Selain pemberdayaan di sektor hilir, program PERINTIS menyasar pemberdayaan pada sektor hulu yaitu kebun kopi dan kelompok tani di kaki Gunung Ciremai. Pemberdayaan bekerjasama dengan Kelompok Wanita Tani (KWT) Sekar Wangi di Desa Cibereum, Kabupaten Kuningan. Kelompok tani yang beranggotakan 30 orang membudidaya kopi yang bijinya kemudian dijual dan menjadi pemasok biji kopi di kedai Kopi Teman Istimewa.
Kelompok diajarkan mengenai budidaya dan perlakuan pascapanen yang ramah lingkungan. Pengeringan kopi tidak lagi dilakukan secara manual tetapi menggunakan solar dryer dome. Selain itu, mereka diberikan pelatihan mengenai pengemasan dan pemasaran yang baik. Adapun dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan, perusahaan bersama kelompok masyarakat Desa Cibeureum menjaga salah satu mata air yang digunakan warga desa itu melalui revitalisasi sumber mata air.
Dari sisi ekonomi, program PERINTIS mengakibatkan penyandang tuna rungu yang tadinya tidak bekerja menjadi memiliki penghasilan tetap. Pendapatan barista yang bekerja di kafe sudah di atas UMR Kabupaten Indramayu. ‘’Kami juga berharap muncul wirausahawan baru yang dari para penderita tuli yang mampu mempekerjakan teman-teman disabilitas lain,’’ ungkap Reza.
Program PERINTIS juga berinovasi menciptakan smartwatch untuk barista tuli sebagai bentuk early warning system terhadap potensi kebakaran yang terjadi di kafe dan dapat memudahkan dalam memulai komunikasi antara konsumen dan barista tuli. Sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan, Kopi Teman Istimewa memiliki program penukaran botol plastik bekas seberat 2 kilogram dengan segelas kopi. Sampah plastik yang terkumpul akan diolah oleh kelompok disabilitas menjadi trofi/plakat, furnitur dan kerajinan tangan yang memiliki nilai jual yang cukup tinggi.
Reza menuturkan program PERINTIS akan memasuki fase exit strategy di 2026. Pada saat itu diharapkan sudah terbentuk Learning Center of Collaboration Hub yang antara lain berfungsi sebagai Pusat Sociopreneur untuk Deaf Community Indramayu, mendorong inisiasi kampung ramah disabilitas, penciptaan dan peningkatan lapangan kerja berbasis inklusifitas, keterlibatan Komunitas Tuna Rungu pengelolaan pesisir Balongan, dan Pelembagaan sosial melalui terbentuknya Yayasan Inovasi Sinergi Istimewa.
“Collaboration Hub akan menghubungkan program ini dengan program CSR lain di Kilang Balongan seperti Wiralodra untuk pengelolaan sampah organik dan anorganik, Kelompok Wanita Tani Sekartani, dan kelompok WTC Mangga Agrimania,” ungkap Reza.
Mangga Agrimania merupakan keunggulan CSR KPI RU VI Balongan yang dilakukan oleh Kelompok Tani Wong Tanggul Ceblok (WTC). Lewat konsep Eduwisata Agrimania, mereka bisa mengolah lahan bekas area sawah yang tidak produktif untuk ditanami mangga Agrimania yang bernilai jual tinggi. Kebun dan lahan usaha mangga Agrimania tersebut terhampar di tanah milik Pertamina seluas 4,5 hektare yang berada di kawasan Komplek Bumi Patra, Kelurahan Karanganyar, Kecamatan Indramayu.
“Awal mulanya di lahan perumahan Bumi Patra ada lahan yang tidak dipakai, dulunya ditanami padi. Berhubung tanaman padi hasilnya tidak pernah memuaskan jadi tim dari Pertamina menggantinya dengan tanaman mangga Agrimania,” cerita Salamun, Ketua Kelompok Tani Wong Tanggul Ceblok, di kawasan Eduwisata Agrimania, Indramayu, Jumat (17/10).
Menurut dia, lahan bekas sawah tersebut mulai berubah menjadi kebun mangga Agrimania sejak 2018. Sebelum ditanam di areal Pertamina, mangga Agrimania telah luas dikenal sebagai buah mangga inovasi Haji Urip asal Indramayu yang memiliki ukuran buah lebih besar dari mangga pada umumnya dengan warna kulit hijau kekuningan dan merah jika sudah matang. Buahnya harum dan daging buahnya padat tidak berserat dengan biji yang kecil.
Harga mangga Agrimania sekilo sekitar Rp60 ribu apabila membelinya di kebun petani. Namun, apabila masuk supermarket harganya sudah di atas seratus ribu rupiah. Tak heran jika mangga Agrimania menjadi pilihan utama untuk ditanam disamping jenis mangga lain seperti jenis mangga Irwin, Kensington, Mahatir, Kiojay, hingga Miyazaki.
“Dalam satu tahun bisa sampai dua kali panen jika cuacanya sedang bagus. Paling banyak omzetnya itu di tahun 2023, mencapai Rp200 juta. Itu hampir delapan ton sekali panen,” ujar Salamun. “Selain menjual mangga di sini ada juga pembibitannya. Mangga ini cocok ditanam di daerah yang panas sementara kalau ditanam di daerah dingin rasa mangganya kurang manis.”
Menanam pohon kelihatannya sepele. Tetapi, dampaknya sangat luar biasa, terutama untuk mengatasi tekanan efek negatif perubahan iklim. Pohon yang terpelihara dengan baik dapat mereduksi kadar karbon dioksida (CO2). Jika zat berbahaya ini terlepas dan dibiarkan di udara akan menahan sinar matahari sehingga menimbulkan efek rumah kaca (ERK). Suhu atmosfer akan meningkat dan memicu perubahan iklim.
Di area tersebut, selain menjadi Mangoes Center juga dikembangkan Taman Kehati dimana daerah itu sudah ditetapkan sebagai Taman Keanekaragaman Hayati berdasarkan SK Bupati Indramayu No 660.1/Kep.64.A.21-BLH/2016. Luas RTH Taman Kehati Bumi Patra sekitar 19,30 hektare dari total lahan kosong perumahan Pertamina Bumi Patra sekitar 26,56 hektare. Jumlah pohon yang di tanam sebanyak 1.072 pohon atau 55 pohon per hektare. Jenis pohon yang ditanam antara lain mangga (Mangifera indica L.),sebanyak 894 pohon, bintaro (Cerbera manghas L.) sebanyak 48 pohon, kepuh (Sterculia foetida L.) sebanyak 35 pohon dan angsana (Pterocarpus indicus Willd) sebanyak 26 pohon.
Total kandungan karbon di lokasi ini sebesar 61.689,03 kg C. Rata-rata potensi biomassa dan karbon per hektare adalah 6.382,65 kg/ha atau 3.196,32 kg C/ha. Potensi ini masih akan meningkat karena pada umumnya jenis pohon yang ada di RTH tersebut masih dalam pertumbuhan rata-rata umur 5 tahun dan banyak pohon yang baru ditanam umur kurang dari 1 tahun. (Lili Hermawan)




Komentar Terbaru