GRESIK – Pemerintah menegaskan azaz manfaat jadi alasan utama pemberian perpanjangan izin ekspor konsentrat tembaga kepada PT Freeport Indonesia (PTFI) hingga Mei 2024 mendatang dimana seharusnya larangan ekspor konsentrat tembaga sudah mulai diberlakukan pada Juni nanti.

Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), saat meninjau langsung progress pembangunan pabrik Smelter di Gresik, Jawa Timur menegaskan keberlansungan mata pencaharian masyarakat yang jumlahnya tidak sedikit menjadi taruhan ketika konsentrat tembaga dilarang untuk diekspor.

Dia menampik pemerintah menabrak regulasi berupa UU Minerba No 3 tahun 2020 yang menyebutkan adanya larangan ekspor konsentrat tembaga pada Juni tahun 2023, karena sejatinya aturan juga dibuat untuk memberikan manfaat kepada masyarakat.

“Azaz manfaat untuk negara masyarakat banyak. Kita melihat dari situ. Hukum dibuat untuk memberikan manfaat. Makanya sekarang kita dorong. Total 15 ribu tenaga kerja untuk proyek smelter. Dari situ ada pemasukan negara, pertumbuhan ekonomi utamanya di wilayah sekitar smelter,” kata Arifin disela kunjungannya di proyek Smelter Freeport, Kamis (4/5).

Menurut Arifin, pemberian relaksasi ekspor kali ini jelas jauh berbeda dengan apa yang terjadi di tahun 2014 dimana ketika itu juga terjadi polemik lantaran izin ekspor diberikan namun tidak ada pembangunan smelter. Kali ini pemerintah memastikan pembangunan fisik sudah terjadi dan pihak Freeport juga sudah memggelontorkan dana yang tidak sedikit.

“Kemudian juga progres yang dilakukan dengan biaya yang sudah di keluarkan, barusan kita klarifikasi progresnya. Mereka sudah spending US$1,95 Miliar,” tegas Arifin.

Hingga Maret, progress pembangunan sudah mencapai 61,5% dimana Freeport telah memggelontorkan dana US$ 1,95 Miliar atau sekitar Rp29 triliun.

“61% per Maret, April 65%-66% proyek berupaya keras mendapatkan 4% per bulan jadi akhir tahun 92%, sejauh ini spending US$1,95 miliar. Kita memang dorong supaya bulan mei 2024 diselesaikan , ini jadi tantangan buat Freeport sudah ada adjustment bagaimana bisa akselerasi agar bisa Penuhi target 2024,” kata Arifin.

Nantinya Smelter terbaru Freeport bakal memproduksi beberapa produk turunan dari konsentrat tembaga. Pertama adalah katoda tembaga 99,99% Cu dengan volume sebesar 600 ribu ton per tahun dengan menggunakan teknologi . Produksinya sendiri menggunakan teknologi Double Flash Smelting & Converting.

Kemudian produk lainnya adalah emas serta perak murni batangan PGM (Platinum Group Metals) dengan volume mencapai 6 ribu ton per tahun. Produk kedua ini dipastikan sudah memiliki pembeli yakni PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), serta ada potensi pasar domestik dan juga akan diekspor. Produksi PGM sendiri menggunakan teknologi Hydrometallurgy.

Lalu ada juga produk samping berupa Asam Sulfat sebanyak 1,5 juta ton per tahun dengan konsumen PT Petrokimia Gresik, lalu ada Terak Tembaga sebanyak 1,3 juta ton per tahun dengan konsumen PT Semen Indonesia, serta Gipsum dengan volume 150 ribu ton per tahum yang akan dibeli oleh PT Semen Indonesia.

Tony Wenas, Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, menyatakan, keputusan pemerintah patut diapresiasi karena jelas menunjukkan niat pemerintah untuk mendukung keberlanjutan kegiatan tambang yang muaranya bisa memberikan manfaat ke negara serta masyarakat sekitar wilayah tambang.

“Kami sangat mengapresiasi dukungan Pemerintah untuk memastikan kontinuitas operasional tambang yang secara teknis sangat dibutuhkan dan keberlanjutan investasi yang akan berdampak signifikan bagi ekonomi Indonesia khususnya masyarakat Papua,” kata Tony. (RI)