JAKARTA – Ignasius Jonan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terdengar jengkel ketika mengawali sambutan pengukuhan Julius Wiratno sebagai Deputi Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas), Kamis (19/9). Kejengkelan Jonan lantaran target produksi dan lifting migas yang belum juga mencapai target.

Jonan bahkan dengan tegas menyatakan tidak menerima alasan yang menurutnya sering dijadikan tameng yakni adanya kejadian unplanned shutdown. ” Saya tidak mau dengan alasan unplanned shutdown. itu alasan paling buruk,” kata Jonan.

Selain unplanned shutdown, para kontraktor biasanya juga mengeluhkan kondisi cuaca sehingga mempengaruhi lifting. Padahal dengan perencanaan yang matang maka gangguan cuaca tidak akan menganggu kegiatan operasi. “Gelombang tinggi cuaca dan lain-lain, alam ini ada sebelum kita semua sebelum manusia lahir. Itu alam sudah ada jadi tidak boleh salahkan alam. Kalau sudah komitmen apapun harus ditepati dan jalankan,” tegas Jonan.

Hingga Agustus, berdasarkan data SKK Migas lifting migas masih belum mencapai target. Untuk minyak lifting minyak baru 97% dari target 775 ribu barel per hari (bph) atau sekitar 751 ribu bph. Lifting gas baru 86% dari target 7.000 juta kaki kubik per hari (mmscfd) atau baru mencapai 6.020 mmscfd.

Tidak hanya disitu, Jonan juga meminta para Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) tidak lagi berlindung dibalik kesulitan pengadaan lahan dalam pengembangan blok migas.

“Tiga tahun lalu saya kenalan dengan stakeholder, bilang pengadaan tanah susah. Masa pengadaan tanah hulu migas susah, kan di tengah hutan, di wilayah yang jarang penduduk, masa itu susah. Kalau ini dijadikan alasan, anda berhenti saja. Supaya deputi operasi baru sadar, ini amat sangat penting. Kalau ada yang bilang, Wah ini pak menteri enggak ngerti susah di lapangan, saya waktu masih muda di Kereta Api Indonesia (KAI) lintas utara Jawa 550 km di wilayah pemukiman puluhan ribu keluarga, selesai dua tahun, tidak ada suaranya juga,” ungkap Jonan.

Selain itu, SKK Migas juga diminta meningkatkan monetisasi gas tapi tidak juga melupakan efisiensi agar pemanfaatan gas efisien. “SKK Migas harus lebih punya inisiatif jangan sampai kunci gas sampai curtailment. Wamen ESDM cerita ada usul bangun pabrik pupuk yang sudah ada LNG plant. Masa LNG plant buat pupuk ya bisa sih, tapi cost-nya berapa,” tegas Jonan.(RI)