JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memproyeksikan produksi siap jual (lifting) minyak dan gas bumi sebesar 1.712 ribu barel minyak ekuivalen per hari (boepd) pada 2021 mendatang. Lifting minyak diproyeksi sebesar 705 ribu barel per hari (bph) dan gas 1.007 ribu boepd. Proyeksi tersebut lebih rendah dibanding target Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) tahun ini 1.946 ribu boepd.

Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas, mengatakan proyeksi tersebut akan diusulkan kepada pemerintah untuk menjadi program kerja 2021. “Kami menetapkan harapan dan target yang harus kami perjuangkan agar 2021 bisa menjadi titik rebound menahan laju penurunan produksi. Dengan begitu bisa menuju (produksi) satu juta barel,” kata Dwi dalam RDP Komisi VII DPR RI dengan SKK Migas, Kamis (18/6).

Menurut Dwi, ada sejumlah tantangan menuju target produksi dan program kerja 2021, yang bahkan sudah mulai dirasakan pada tahun ini. Misalnya pengaruh dampak pandemi Covid-19 yang menggangu upaya peningkatan produksi migas, hingga rendahnya harga minyak dunia sehingga mempengaruhi minat dan rencana investasi para kontraktor.

“Kemampuan serap gas pipa dan LNG dan kepastian invetasi di Blok Rokan oleh Pertamina ataupun Chevron Pasific Indonesia,” kata Dwi.

Hingga Mei 2020 realisasi lifting migas mencapai 1.712 ribu boepd. Nilai ini baru mencapai 88,9% dari target APBN, tapi 99% dari target Work Plan & Budget (WP&B) yang mencapai 1.802 ribu boepd.

Berdasarkan pertimbangan kondisi yang ada maka diperkirakan hingga akhir tahun nanti lifting hanya akan mencapai 1.697 ribu boepd. angka ini bahkan lebih rendah dari perkiraan Maret lalu sebesar 1.799 boepd.(RI)