JAKARTA- PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), emiten energi terintegrasi, mencatatkan laba bersih sepanjang semester I 2022 sebesar US$270 juta, naik 480% year-on-year (YoY). Peningkatan laba
Ditopang oleh kenaikan volume minyak, gas dan tembaga yang lebih tinggi dan juga harga komoditas yang membaik.

Roberto Lorato, CEO Medco Energi, mengatakan produksi minyak dan gas perseroan pada semester I 2022 mencapai 153 mboepd, naik 63% dibandingkan periode sama tahun lalu, termasuk kontribusi Corridor sejak Maret 2022. “Biaya produksi adalah US$ 6,5 per boe dan produksi proforma 181 mboepd,” katanya dalam keterbukaan informasi di laman perseroan.

Lorato menegaskan, Medco Energi diuntungkan kenaikan harga minyak dan gas dunia. Harga minyak rata-rata untuk semester I 2022 rata-rata sebesar US$ 104,4/barrel. Sedangkan harga jual rata-rata tertimbang gas adalah US$ 7,7 per mmbtu.

PT Medco Power Indonesia, entitas anak Medco Energi, menghasilkan penjualan sebesar 1.962 GWh, dengan 22% dari sumber energi terbarukan. Penjualan listrik meningkat 45% tahun-ke-tahun dengan
kontribusi dari pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) Riau 275MW yang mulai beroperasi pada Februari 2022 dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Sumbawa 26MWp yang mulai beroperasi pada Juni 2022.

“Medco Power terus melanjutkan pengembangan proyek terbarukan di Ijen, pengembangan panas bumi 30MW dan proyek Solar PV Bali 2x25MWp,” ujar Lorato.

Adapun PT Amman Mineral Nusatenggara, entitas anak Medco Energi lainnya, mencatatkan produksi tembaga sebanyak 209 Mlbs pada semester I-2022, naik 103% dari periode sama tahun lalu. Dengan harga realisasi tembaga adalah US$ 4,46/lbs. Perusahaan pertambangan emas dan tembaga tersebut juga mampu memproduksi emas sebanyak 351 Koz pada periode Januari-Juni 2022, naik 538% YoY. Kinerja positif itu mengikuti peningkatan operasi Fase 7.

Lorato menjelaskan, Medco Energi telah menghabiskan belanja modal (capital expenditure/capex) US$102 juta, terutama untuk pengembangan beberapa proyek pembangunan di PSC South Natuna Sea Block B. Lapangan Hiu mulai beroperasi pada Juni 2022, gas pertama di Proyek Extension Belida diharapkan pada kuartal IV-2022 dan minyak pertama di lapangan Forel dan gas di lapangan Bronang diharapkan pada kuartal IV-2023.

Hingga akhir Juni 2022, sebut Lorato, pihaknya telah mengeluaran modal sebesar US$ 117 juta, digunakan terutama untuk melaksanakan proyek-proyek di Natuna dan menyelesaikan PLTGU Riau 275MW pada Februari. Dengan posisi kas dan setara kas sebesar US$ 521 juta.
Sementara utang konsolidasi perseroan di akhir semester I-2022 mencapai US$ 3,2 miliar, utang Restricted Group sebesar US$ 2,8 miliar dengan US$ 208 juta telah dilunasi sejak akuisisi Corridor. “Utang bersih sebesar US$ 2,4 miliar dan rasio utang bersih restricted group terhadap EBITDA membaik menjadi 1,6x,” katanya. (DR)