JAKARTA – PT Perta Samtan Gas, anak usaha PT Pertamina Gas (Pertagas) di bisnis pemrosesan dan penjualan Liquefied Petroleum Gas (LPG) mencetak kinerja keuangan positif sepamjang 2018.

Fitri Erika, Sekretaris Perusahaan Pertagas,  mengungkapkan sepanjang tahun lalu Perta Samtan gas berhasil membukukan laba bersih sebesar US$33 juta atau meningkat 24 % dibanding 2017 sebesar US$26 juta.

“Peningkatan kinerja PT Perta Samtan Gas dikarenakan meningkatnya produksi LPG tahunn 2018,” kata Erika kepada Dunia Energi, Jumat (29/3).

Dalam data perusahaan produksi LPG pada  2018 sebanyak 200.516 metrik ton (MT) dan produksi kondesat sebanyak 617.235 barrel. Sementara pada 2017 volume produksi LPG hanya 195.012 MT pada tahun lalu, dibanding realisasi 2016 yang hanya 174.248 MT.

Semua itu tercapai berkat keandalan kilang yang mencapai Zero Unplanned Shutdown selama 2018 dan Plant Availability 96,97%. Pada September 2018, Perta Samtan Gas berhasil mencapai total produksi kumulatif 1 juta MT LPG. Kemudian untuk pembayaran dividen kepada pemegang saham sebesar US$45 juta (66% Pertagas dan 34% Samtan).

Perta Samtan Gas terbilang anak usaha baru di Pertamina. Pada awal beroperasi produksi Perta Samtan Gas hanya 115.752 MT. Produksi kemudian meningkat pada 2014 sebesar 190.150 MT, kemudian 2015 produksi menurun menjadi 179.314 MT.

Perta Samtan merupakan joint venture company (JVC) untuk membangun NGL plant di Sumatera Selatan antara PT Pertamina Gas dan Samtan Co.Ltd, perusahaan asal Korea Selatan.

Sejak berdiri pada 7 Mei 2008, saham Perta Samtan dimiliki oleh PT Pertamina Gas sebanyak 66% dan Samtan Co memiliki saham 34%. Perta-Samtan Gas memiliki dua kilang pemrosesan LPG di Sumatera Selatan, yakni kilang ektraksi di Prabumulih yang dibangun 2010 dan kilang fraksinasi di Sungai Gerong yang mulai dibangun pada 2011. Kedua kilang tersebut pada Mei 2013 mulai dioperasikan secara komersial dan mampu memberikan kontribusi bagi pasokan LPG nasional.

Saat ini Perta Samtan Gas termasuk dalam perusahaan yang memasok kebutuhan LPG nasional. Sebanyak 63% kebutuhan LPG nasional dipenuhi dari impor. Sisanya, 37% dipenuhi dari dalam negeri. Pasokan LPG dari dalam negeri berasal, 17% dari fasilitas produksi Pertamina dan sisanya dipenuhi dari fasilitas produksi swasta.(RI)