JAKARTA – PT Pertamina Gas (Pertagas), anak usaha PT Pertamina (Persero), menargetkan laba bersih 2018 sebesar US$116 juta dibandingkan realisasi laba bersih tahun lalu US$141 juta. Namun,target laba bersih tahun ini tidak memasukkan kontribusi dari dua anak usaha, yakni PT Perta Arun Gas dan PT Perta Samtan Gas.

“Untuk RKAP 2018, target laba bersih US$116 juta karena secara Perta Arun dan Perta Samtan akan masuk ke holding (Pertamina). Itu untuk memudahkan secara konsolidasi. Kami bersama Pertagas Niaga tetap menjadi satu kesatuan,” ujar Suko Hartono, Direktur Utama Pertagas dalam Diskusi Energi and Mining Editor Society (E2S) bertema Outlook Industri dan Gas 2018 di Bogor, Jawa Barat, Jumat (2/2).

Perta Arun dan Perta Samtan merupakan dua dari empat anak usaha Pertagas. Dua anak usaha lainnya adalah PT Pertagas Niaga dan PT Perta Daya Gas. Perta Arun dan Perta Samtan tercatat dua anak yang memberikan kontribusi terbesar bagi laba bersih Pertagas. Pada 2017,

Perta Samtan tercatat membukukan laba bersih US$26,7 juta dan Perta Arun mencetak laba bersih US$24,6 juta. Selain itu, Pertagas Niaga memberikan kontribusi laba bersih US$9,3 juta dan Perta Daya sebesar US$644 ribu. Sisanya, sekitar 67%, berasal dari laba bersih Pertagas sendiri.

Pelepasan Perta Arun dan Perta Samtan merupakan bagian dari rencana pembentukan induk usaha (holding) BUMN minyak dan gas yang menggabungkan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) atau PGN ke dalam PT Pertamina (Persero). Setelah PGN menjadi bagian dari Pertamina, tahap berikutnya adalah menyinergikan Pertagas dengan PGN.

Menurut Suko, konsep holding merupakan bentuk ideal saat ini untuk PGN dan Pertagas yang mempunyai sektor usaha yang sejenis karena holding akan menciptakan efisiensi.

“Kalau bicara pembagian Pertagas dan PGN. Pertagas akan mengurus transmisi dan PGN mengurus distribusi. Jadi kalau integrasi, tidak tumpang tindih sebenarnya,” kata dia.

Suko mengatakan jika bicara aset, Pertagas memiliki jaringan pipa transmisi yang telah open accesss yang bisa bebas digunakan siapapun. Di sisi lain, PGN mempunyai jaringan pipa distribusi. Meski dilihat dari sisi panjang jaringan pipa, yang dimiliki PGN lebih panjang, secara volume gas yang diangkut lebih kecil dan berada di kota-kota tertentu.

“Pipa kami itu antarkota antarprovinsi dan bisa mengantar semua. Sementara PGN kuat di pipa distribusi,” tegas dia.

Suko menambahkan pada 2017 kinerja laba bersih Pertagas berhasil melampaui PGN. Per September 2017, laba bersih Pertagas mencapai US$111,52 juta dan PGN hanya US$97,9 juta. Padahal dari sisi pendapatan, PGN membukukan US$2,16 miliar. Di sisi lain, Pertagas membukukan pendapatan US$463,62 juta.

Melanton Ganap, Direktur Teknik dan Komersial Pertagas Niaga, mengatakan tahun ini Pertagas Niaga menargetkan laba bersih US$24,05 juta, naik signifikan dibanding raihan 2017. Peningkatan laba bersih akan ditopang penambahan pelanggan gas besar sebanyak 32 dan juga rencana memasok gas alam cair (liquified natural gas/LNG) untuk sejumlah pembangkit PLN di Bangka Belitung.

“Pada 2018, ada rencana niaga LNG ke PLN Batam, Bangka Belitung sebesar 28 BBTUD, dan rencana Niaga LNG ke PLN Sambera dengan volume 7,5 BBTUD mulai April,” kata Melanton.

Budiyana, Direktur Operasi dan Teknik Perta Arun Gas, mengatakan Perta Arun tahun ini mematok target laba bersih US$27 juta, naik dibanding pencapaian 2017 sebesar US$24,59 juta. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengoptimalkan fasilitas regasifikasi.

“Kami juga mengharapkan PLN meregasifikasikan alokasi gasnya untuk kapal pembangkit Karadeniz,” kata dia.

Aris Mahendrawanto, Vice President Direktur Perta Samtan Gas, mengatakan saat ini Perta Samtan baru berkontribusi 3% dari Total kebutuhan elpiji nasional. Pada 2017, total produksi elpiji Perta Samaan mencapai 195 ribu metrik ton.

“Tahun lalu kami berhasil membukukan pendapatan US$106,9 juta dan laba bersih US$26,7 juta. Kinerja bergantung pada harga jual CP Aramco,” kata Aris.(AT)