JAKARTA – Kuota BBM solar bersubsidi diperkirakan akan  mulai membengkak pada November mendatang. Badan Pengatur Kegiatan Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas)‎ mengatakan, kuota solar subsidi berpotensi besar jebol lantaran penyaluran solar yang tidak tepat sasaran.

“November habis. Fatal dampaknya, karena BBM tahun ini yang ditetapkan pemerintah di APBN hanya 14,5 juta Kiloliter (KL) turun dari tahun lalu 15,6 juta KL,” kata M Fanshurullah, Kepala BPH Migas disela Hilir Migas Expo, di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jumat (27/9).

BPH Migas kata dia sebenarnya telah mengupayakan pengendalian konsumsi tidak tepat sasaran, seperti penerapan teknologi digital pada proses penyaluran BBM serta peningkatan pengawasan oleh TNI dan Polri. Sayangnya upaya tersebut tidak membuahkan hasil yang optimal karena November mendatang kuota yang sudah ditetapkan dalam APBN 2019 diperkirakan habis.

Salah satu penyelewengan yang terparah adalah adanya penyelewengan penggunaan oleh industri pertambangan dan perkebunan di wilayah Kalimantan dan Sumatera.

Fanshurullah mengatakan beberapa modus dilakukan untuk menyelundupkan BBM subsidi ke industri. Misalnya memodifikasi tangki mobil untuk kemudian dipindahkan ke tangki khusus baru dijual ke industri.

BPH Migas juga sudah menerbitkan surat edaran agar kuota solar subsidi cukup hingga akhir tahun, dengan membatasi konsumsi solar subsidi untuk beberapa jenis kendaraan.

“Misalnya truk roda enam maksimal 60 liter per hari. Roda empat dibatasi 30 liter per hari. Pembatasan ini mengacu Perpres supaya BBM subsidi tetap ada sampai akhir tahun,” kata Fanshurullah.(RI)