JAKARTA – Kinerja operasional PT Freeport Indonesia kuartal I 2019  turun signifikan jika dibanding periode yang sama 2018. Laporan Freeport McMoRan Inc, induk usaha Freeport Indonesia mencatat produksi tembaga pada tiga bulan 2019 hanya mencapai 145 juta pon, turun 53% dibanding periose yang sama 2018 sebesar 311 juta pon.

Produksi emas  kuartal I tahun ini juga jauh dari realisasi pada periode yang sama tahun lalu. Jika kuartal I  2018 produksi emas bisa mencapai 595 ribu ounce maka pada tahun ini produksi anjlok 72,7% menjadi sebesar 162 ribu ounce.

Kondisi anjloknya produksi tembaga dan emas ini tentu berdampak langsung terhadap penjualan. Untuk tembaga  penjualan sepanjang kuartal I 2019 hanya sebesar 174 juta pon, turun 45,4% dari realisasi penjualan pada periode yang sama tahun lalu sebesar 319 juta pon. Untuk harga tembaga konsentrat juga turun dari US$3,06 per pon menjadi US$2,92 per pon.

Untuk emas sejak Januari hingga 31 Maret 2019, Freeport Indonesia merealisasikan penjualan sebesar 235 ribu ounce,  turun 61% dari realisasi penjualan pada tahun lalu dengan periode yang sama yakni sebesar 603 ribu ounce dengan harga sepanjang kuartal I, US$ 1,291 per ons turun dari harga US$ 1,312 per ons sepanjang kuartal I tahun lalu.

Richard Adkerson, Chief Executive Officer Freeport McMoRan mengatakan transisi kegiatan penambangan dari tambang terbuka menjadi tambang bawah tanah di area tambang Grasberg akan mempengaruhi kinerja produksi Freeport Indonesia. Transisi dilakukan mulai akhir tahun lalu dan akan berlangsung kurang lebih selama tahun dua tahun sebelum produksi ditargetkan akan kembali meningkat secara bertahap.

“Produksi rata-rata ore dalam lima tahun kedepan ditargetkan mencapai 130 ribu ton ore per hari,” kata Adkerson dalam keterbukaan informasinya, pekan lalu.

Selain itu, Richard optimistis terhadap peningkatan produksi Freeport Indonesia lantaran adanya rencana peningkatan produksi di area tambang lain.  Produksi dari area tambang Deep Mill Level Zone (DMZL) rencananya akan mulai meningkat produksi pada pertengahan tahun ini.

“Freeport Indonesia ditargetkan untuk memulai peningkatan produksi di tambang bawah tanah DMLZ pada pertengahan 2019, untuk mencapai tingkat produksi sebesar 80 ribu metrik ton per hari pada 2022,” kata Adkerson.(RI)