JAKARTA – Krisis energi global memicu kenaikan harga mayoritas komoditas energi, termasuk harga minyak naik ke level tertinggi tahun ini pada awal pekan ini. Harga minyak WTI kontrak November 20210 di New York Mercantile Exchange berada di US$79,93 per barel pada pukul 7.25 WIB, Senin (11/10), naik 0,73% daripada posisi akhir pekan.

Sementara itu, harga minyak Brent kontrak Desember 2021 di ICE Futures mencapai US$ 82,84 per barel, menguat 0,55 persen dari posisi akhir pekan dan melesat 1,94 persen dalam sepekan.

Harga minyak masih menjalani tren bullish. Dalam sebulan terakhir, harga brent dan light sweet melonjak masing-masing 12,95 persen dan 13,75 persen. Sejak akhir 2020 (year-to-date), harga meroket 60,25 persen dan 65,17 persen.

Krisis energi dunia menjadi pengatrol harga minyak. Tingginya harga gas alam berbuntut panjang, harga komoditas energi lainnya ikut terangkat karena pencarian terhadap sumber energi primer alternatif.

Meski OPEC+ sudah menaikkan produksi 400.000 barel per hari per bulan hingga Desember 2021, sepertinya itu masih belum bisa menutup permintaan. “Fundamental harga saat ini adalah pasokan masih akan ketat sehingga harga terdorong ke atas,” kata John Kilduff, Partner di Again Capital yang berbasis di New York, seperti dikutip dari Reuters.

Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group di Chicago, seperti dikutip Reuters, menyatakan harga minyak melonjak karena Departemen Energi AS telah mundur dari rencana yang dapat menekan harga dengan melepaskan minyak mentah SPR dan melarang ekspor minyak mentah AS.

Dengan meningkatnya permintaan energi global, OPEC+ akan tetap melanjutkan pengurangan produksi secara bertahap. Sementara Pemerintah AS mengatakan sedang memantau pasar energi. Pemerintah AS tidak mengumumkan rencana segera untuk tindakan menurunkan harga.

Pasar energi telah mengetat dalam menghadapi peningkatan permintaan bahan bakar karena aktivitas ekonomi pulih dari posisi terendah pandemi. Banyak pihak khawatir bahwa musim dingin akan membebani pasokan gas alam. China memerintahkan para penambang di Mongolia untuk meningkatkan produksi batubara untuk mengurangi krisis energinya.

“Karena harga energi lain seperti gas alam dan batubara terus mendorong lebih tinggi, risiko kenaikan pasar minyak mulai meningkat,” kata Christopher Kuplent dari Bank of America.

Benchmark harga gas Eropa di pusat TTF Belanda pada hari Jumat berdiri di setara minyak mentah sekitar US$ 200 per barel. Harga ini berdasarkan nilai relatif dari jumlah energi yang sama dari masing-masing sumber, menurut perhitungan Reuters berdasarkan data Eikon.

“Percepatan peralihan gas-ke-minyak dapat meningkatkan permintaan minyak mentah yang digunakan untuk menghasilkan listrik pada musim dingin belahan bumi utara yang akan datang ini,” menurut analis komoditas ANZ dalam sebuah catatan.

ANZ meningkatkan perkiraan permintaan minyak mentah kuartal keempat 2021 sebesar 450.000 barel per hari.

Departemen Energi AS menyatakan semua perangkat selalu tersedia untuk mengatasi kondisi pasokan energi yang ketat. Perangkat ini termasuk pelepasan stok minyak. (RA)