PROBOLINGGO – PT PLN (Persero) memproyeksikan serapan batu bara untuk pembangkit listrik pada 2019 akan bertambah 4,8 juta ton dibanding realisasi 2018. Peningkatan konsumsi batu bara tidak bisa dihindari karena Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) masih jadi andalan untuk penyediaan tenaga listrik.

Djoko Rahardjo Abumanan, Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Timur, Bali dan Nusa Tenggara PLN, mengatakan peningkatan pertumbuhan konsumsi batu bara tidak sembarangan karena harus sejalan dengan pertumbuhan konsumsi listrik.

Dengan perkiraan pertumbuhan konsumsi listrik sekitar 5,4%, maka PLN memperkirakan untuk 2019 konsumsi batu bara diproyeksi akan bertambah sekitar 5% dari serapan tahun lalu. Artinya, konsumsi batu bara diperkirakan bertambah sekitar 4,8 juta ton dan serapan batu bara PLN 2019 bisa tembus 100 juta ton.

“Tahun ini sekitar 5,4% pertumbuhan konsumsinya, tahun lalu (2018) tidak segitu loh. Jadi paling kalau tambah (konsumsi) sekitar 5%,” kata Djoko saat mendampingi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan meninjau PLTU Paiton unit 1 dan 2 di Probolinggo, Jawa Timur, Selasa (8/1)

Pada 2018, serapan batu bara PLN mencapai 96 juta ton, melampaui target sebesar 92 juta ton.

“Tahun 2018 PLN serapannya batu bara itu 96 juta ton,” kata Jonan.

Peningkatan serapan batu bara PLN sejalan dengan produksi yang juga melampaui target. Hingga akhir 2018, produksi tercatat mencapai 528 juta ton, jauh dari target yang ditetapkan dalam Rencana Kerja Anggaran Biaya (RKAB) sebesar 485 juta ton. Bahkan juga diatas kuota tambahan yang diizinkan pemerintah sebesar 21,9 juta ton, dimana seharusnya produksi hanya 506,9 juta ton.

Peningkatan produksi pelaku usaha pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) menjadi faktor melonjaknya produksi batu bara tahun lalu.(RI)